Rabu, 15 November 2017

Untuk Apa Ber-IMM?


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan suatu tempat strategis bagi mahasiswa Islam untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam gerakan-gerakan kebaikan. IMM berada pada medium class dalam tatanan kehidupan bangsa, yang memiliki dua cabang pergerakan yaitu menjadi kontrol sosial pemerintah dan pemberdayaan masyarakat.

Seseorang yang ingin menjadi bagian dari IMM biasanya karena ingin menambah pengalaman, ingin dapat banyak teman, ingin bisa bicara di depan umum, atau karena ia suka beorganisasi maka ikut IMM. Tentu ini bukan jawaban atau alasan yang diharapkan, tapi wajar saja karena pada umumnya kader baru masih belum diperkenalkan dengan istilah perjuangan, alasan saya pun demikian ketika akan mengikuti Darul Arqam Dasar (DAD). Ada juga yang masuk dengan alasan yang lebih agamis, seperti ingin meningkatkan kualitas beragama, ingin bisa ngaji, dan sebagainya. Sekali lagi alasan mulia ini tidaklah salah, tapi mungkin kita bisa lihat bersama bahwa alasan-alasan di atas masih bersifat satu arah.

Kembali pada posisi IMM yang sangat strategis, pertama, IMM memiliki keluwesan sebagai kontrol sosial pemerintah, melalui bidang hikmahnya IMM mampu mengkaji isu-isu kebangsaan, melaksanakan jihad kerakyatan, melalukan komunikasi kepada pemangku kekuasaan agar bergerak sesuai koridor menyejahterakan rakyat, IMM dianggap mampu dan harus menjadi salah satu pilar organisasi kepemudaan yang respon dan partisipatif bagi pemerintah. Kedua, IMM sebagai pemberdaya masyarakat harus mampu membangkitkan semangat masyarakat dalam meningkatkan kemampuan SDM dan materilnya. Semangat Al-Ma'un yang terus digaungkan, tak cukup hanya jadi pajang kusam di beranda facebook, instagram, twitter dan lainnya, hal tersebut harus tersampaikan benar-benar bagi masyarakat. Inilah yang dimaksud medium class, dalam geraknya IMM tidak hanya asik "bergurau" dengan masyarakat atau tidak melulu "ngopi" di cafe bersama pejabat. IMM membawa gerakan keadilan, sebagai "jembatan penghubung" antara pemerintah dengan rakyatnya.

Gerakan IMM sungguh sangatlah jelas. Kader yang telah menyandang gelar Immawan immawati memiliki tugas yang sama antara keduanya. Dalam setiap organisasi tentu ada kepentingan pribadi yang tak bisa dihindar, seperti alasan-alasan di atas. Jangan hilangkan, motif satu arah - apa yang IMM beri untukku- itu harus diimbangi dengan motif kedua - apa yang aku korbankan untuk IMM-, sehingga untuk apa kita ber-IMM akan dilandasi oleh alasan yang dua arah.

Lantas untuk apa ber-IMM?
Tidak lain adalah mendapatkan ridho Allah SWT. Kemudian muncul lagi pertanyaan, dengan cara yang bagaimana? "Dakwah". Saya ingat kalimat Ibunda dari bapak Amien Rais dalam tulisan autobiografi beliau, "Amien, dakwah itu memiliki dua sayap, yaitu amar makruf dan nahi munkar. Bila kamu ingin melaksanakannya, maka kerjakan keduanya. Tapi, Jika kamu laksana amar makruf (menyerukan kebaikan) mungkin masyarakat akan menyukaimu, sedangkan jika kamu melakukan nahi munkar (mencegah keburukan) pasti akan ada pihak yang membencimu". Perkataan ibunda pak Amien ini sangat benar, sebuah analogi: seorang pencuri jika kita ajak melakukan hal baik (amar makruf) dia tidak akan marah, tapi jika kita minta ia berhenti menjadi pencuri (nahi munkar) ia mungkin akan marah.

Demikianlah seharusnya cara ber-IMM nya Immawan dan immawati, ketika mengikhlaskan diri dalam ikatan maka sebuah "pencarian" tak boleh berhenti, pencarian tentang alasan fundamental dalam berdakwah. Untuk apa ber-IMM? Adalah untuk menebarkan semangat kompetisi kebaikan (Fastabiqul khoiroot) yang harus diawali dari diri sendiri, kemudian menularkan kebaikan tersebut kepada lingkungan. Gelar Immawan dan immawati tidak hanya melekat ketika kita berkumpul dalam ikatan saja, tapi dengan siapapun kita harus menampilkan jati diri IMM dalam diri. Seorang senior pernah berkata, kader IMM itu bagaikan emas, ditumpukkan manapun, emas adalah emas, meski bercampur tanah atau debu, ia tidak akan berubah. Dimanapun kader IMM berada ia tetap teguh pada pendirian, memegang prinsip dakwah, dan tetap berharga layaknya emas.

Salam Faskho!
Immawati Ayu Oktarizza
(IMM Kotawaringin Timur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...