Selasa, 28 November 2017

MEMBACA KU GENGGAM DUNIA


(editor : Ahmad maulana)

 Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya literasi yang tinggi, berbudaya baca tinggi, seperti Jepang, Finlandia, dan beberapa lainnya di Eropa dikenal memiliki budaya literasi yang tinggi. Indikatornya adalah pola hidup, kemajuan ilmu, teknologi dan perilaku yang mereka bangun sejak dini. Mereka sadar bahwa kemajuan bangsa bisa dilakukan apabila kualitas sumber daya manusianya bagus. Bagusnya kualitas SDM, bukan didapat dengan gampang, juga bukan kodrat illahi, tetapi dilewati dengan proses pembelajaran yang bekualitas, menempatkan kegiatan membaca sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi agar bisa mengubah nasib menjadi lebih baik.

memang tak dapat dipungkiri bahwa bagi masyarakat Negara-negara maju seperti di jepang dan eropa membaca adalah sebuah kebutuhan primer (utama), mereka sadar bahwa membaca dan menulis itu  kebutuhan hidup, Selalu diperlukan. Ketika membaca  menjadi kebutuhan dan budaya, maka wajarlah apabila negara-negera tersebut menempatkan mereka diposisi terbaik dalam hal membaca, karena sudah menanam benih membaca sejak usia dini dan hasilnya tidak diragukan lagi didalam bidang literasi.

Sementara bangsa kita, Indonesia berada pada peringkat yang ke 60 dari 61 negara yang merupakan peringkat terendah, Inilah potret  buruk kualitas bangsa Indonesia di dunia global. Dan lagi kualitas di setiap daerahnya pasti tidak berbeda jauh dengan peringkat negaranya didunia, karena semakin ke daerah, budaya baca semakin mati, angat ironis dan menyedihkan.  Padahal, bangsa kita yang mayoritas beragama Islam, harusnya  punya budaya bacanya lebih tinggi dibandingkan mereka di barat. Dikatakan demikian, karena hanya orang Islam yang mendapat perintah dari Allah untuk “ beriqra”, ya membaca. Namun, mengapa masyarakat kita yang mayoritas Islam ini malas membaca, bahkan meninggalkan budaya baca dengan berbagai alasan?

Sejatinya, masyarakat kita memiliki budaya baca tinggi, karena hal ini  sangat berpengaruh terhadap kemampuan baca. Semakin tinggi budaya baca bangsa, maka semakin tinggi daya baca mereka. Artinya kemampuan memahami, menganalisis dan memberikan solusi akan permasalahan-permasalahan bangsa ini, dengan membaca dapat meningkatkan produktif suatu bangsa.

Tak dapat kita pungkiri bahwa sebagai bangsa yang memiliki budaya literasi  tinggi, masyarakatnya memiliki daya fikir dan daya cipta yang tinggi. Mereka bahkan kemudian mengukir kemajuan  bangsa, menjadi bangsa-bangsa yang produktif dan makmur.  Secara positif, bangsa- bangsa tersebut, sudah lebih dahulu sadar bahwa dengan banyak membaca, mereka bisa membangun peradaban bangsanya, dengan ilmu pengetahuan yang memuliakan seseorang dan bangsanya. Mereka menjadi lebih dahulu bangkit dari tidur. Sehingga, sebesar apapun kemajuan dunia, tidak akan banyak berpengaruh atau menurunkan budaya baca mereka. Berbeda halnya dengan bangsa kita.

Sejanak kita mengingat Talk show Najwa Shihab tentang MENEBAR MINAT BACA, berikut ink beberapa ringkasan dari flim tersebut menurut versi saya.

Menurut Sugeng hariyono yang berasal dari lampung membaca bukan hanya untuk Mengisi waktu luang saja namun harus dijadikan sebuah kebutuhan serta harus ada keinginan yang kuat untuk memulai membaca, dengan adanya keinginan yang kuat akan mampu menumbuhkan motivasi dalam membaca baik karena kebutuhan atau hanya sekedar membuka dan mencari tau isi buku.

Saat ini komunitas literasi yang mereka kelola sudah memiliki 3600 koleksi serta telah membuka dan mengembangkan komutitasnya berupa ontel pustaka. perahu pustaka. Dan mendapat suport dari comunitas motor honda CB70 indonesia yang ingin mencerdaskan anak bangsa dengan membaca.

menurut Relawan noken pustaka dari papua yaitu pak misbah dan pak agus mandoen merasa sangat sedih serta prihatin yang mendalam terhadap keadaan siswanya yang kurang memiliki ilmu dan pengetahuan serta buku bacaan karena akses yang sulit dan jauh dari pusat kota namun tidak membuat mereka menyerah untuk membawakan buku bagi anak-anak pedalam papua walaupun hanya sekedar dibuka dan dilhat gambarnya saja sudah membuat hati mereka sangat senang dan bangga karena bisa mendekatkan buku kepada anak-anak dipelosok sana, adapun misi dan tujuan yang mereka agar anak-anak yang ada sekitar desa bisa maju berpikir dan luas pengetahuanya dengan membaca, hal yang mereka lakukan hanya hal kecil, namun besar harapanya bisa melibatkan seluruh lapisan utamanya anak-anak disana supaya anak-anak tidak tertinggal arus perkembangan modern yang semakin maju dan cepat.

Menurut Agus Mandoen "ada rasa kebanggaan saat anak mau memegang buku yang susah payah dibawanya walau itu hanya dipegang dan tidak dibaca sebab mereka tidak bisa membaca", bukan hal yang mudah bagi misbah dan agus untuk membudayakan membaca di pedalaman papua sana, mereka Pernah dianggap gila oleh warga desa karena melakukan hal yang diluar kebiasaan orang papua, namun itu tidak menyurutkan langkah dan semangat mereka untuk terus mebar virus membaca pada warga desa dan anak pedalaman papua.

Bermodalkan rasa prihatin dan semangat terus-menerus menjalani dengan misi dan tujuan yang sudah bulat ditambah sabar pada akhirnya kedatangan mereka ditunggu anak-anak karena ingin belajar dan mencari ilmu pengetahuan yang baru.

Disisi lain Sugeng berharap dengan adanya komunitas baca diindonesia ini akan menjadi sebuah titik awal berkumpulnya orang untuk membca dan menempatkan buku sebagai teman dan sarana menambah teman, dengan buku pula dia yakin bahwa seseorang akan mampu Mengkuti perkembangan zaman, Namun bukan hanya dengan membaca saja membuat anak dekat dan akrab dengan buku tetapi bisa dengan  memutar flim-flim edukasi untuk anak agar menarik minat dan menyenangi membaca hal ini bisa dilakukan dengan membuat bioskop pustaka khusus anak. Sugeng juga menambahkan bahwa dengan membaca akan mampu membangun karakter seorang anak.

Dilain sisi Noken pustaka papua ( misbah dan agus mandoen ) memiliki harapan besar bisa membuat sebuah galeri pustaka terapung yang bukan hanya untuk membaca tetapi juga untuk melestarikan budaya papua/lokal dengan membaca dan wisata, Semangat  dan Tekat kuat menebar minat baca harus ada pada diri seorang pemuda, dengan berpartisipasi pemuda dalam hal ini walaupun hanya sesuatu yang kecil asalkan dilakukan dengan hati tulus dan ikhlas maka akan membawa dampak yang positif serta bermanfaat baik untuk dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Menurut M aryo faridh zidhi dan firman venayaksa pengurus Komunitas ayo baca indonesia mereka Berkeinginan untuk mengajak anak-anak membaca dengan metode mendongeng. Hal sama pun menjadi sebab mereka terpanggil karena resah dengan minat anak membaca serta mendongeng yang menjadi sebuah ciri khas bangsa indonesia kian surut, harapanya dengan metode yang menyenangkan akan membuat anak tertarik membaca dan mendongeng. Bukan hanya itu mereka juga mengajarkan jurnalistik, dan sastra, yang menunjukan bahwa dari hasil membaca membuat mereka bisa dalam berbagai bidang karena sebuah buku membuka sejuta ilmu yang tidak di dapat oleh siapapun yang malas membaca dan mencari harta karun ilmu pengetahuan didalam sebuah buku.

Dari film yang sudah kita simak beberapa waktu yang  lalu menunjukan bahwa membaca harus digagas untuk semua masyarakat Akan tetapi bukan hanya membaca saja namun harus pula Memulai diskusi antar pembaca yang membuat ilmu bacaan berkembang, Dan tantangan yang saat ini dihadali oleh pembaca adalah  keterbatasan buku-buku bacaan, dalam hal ini Negara harus terlibat untuk menyikapi permasalahan tersebut, bukan beralasan karena minat baca rendah sehingga tidak menyediakan buku bacaan yang mampu mengembangkan pengetahuan dan karakter anak bangsa nantinnya.

Dilain pihak menurut syarif bando kepala pustaka republik indonesia mengatakan "buku bacaan yang tidak ada membuat pemerintah mengatakan bahwa minat baca rendah yang pada kenyataanya terbalik, buku-buku yang tidak memadai membuat minat membaca rendah tidak sesuai dengan keinginan pembaca tetapi semangat membaca yang begitu tinggi masih ada pada masyarakat"  tegasnya.

Mengutip pernyataan dari Najwa shihab, dia mengatakan " Jika melek aksara menjadi hal biasa Minat baca adalah hal yang istimewa
Sekadar mengeja telah menjadi kebiasaan
Namun gemar membaca adalah keistimewaan
Meningkatkan minat baca memang tak gampang.
Berbagai kendala banyak menghadang, Budaya menonton kian merajalela, Sosial media lebih mengoda ketimbang pustaka, Buku-buku memang terus diproduksi, Tapi tak serta merta meningkatkan literasi.
Belum lagi persoalan distribusi
Buku-buku sulit diakses mereka yang terisolasi
Perpustakaan hanya diisi diktap dan kisi-kisi
Sedikit yang bisa menghidupkan imajinasi "
#salamliterasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...