Kamis, 22 September 2016

Humanitas: Penggalangan Dana Korban Kebakaran Pelangsian

Selasa, 20 September 2016 sekitar pukul 00.00 wib, terjadi musibah kebakaran di Desa Pelangsian, Jalan Sampit-Samuda. Kebakaran yang terjadi di pinggir sungai ini menghanguskan 4 (empat) buah rumah, semua barang tidak dapat disela-matkan kecuali 2 (dua) buah sepeda motor. Untungnya tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran ini. Warga merasa kesulitan memadamkan api, pasalnya angin terlalu kencang dan air sungat saat ini surut. Selain itu, mobil pemadam kebakaran pun sulit menjangkau rumah warga karena akses jalan yang sempit, sehingga rumah yang terbakar itupun hangus terbakar dan rata dengan tanah.

Menyikapi musibah di atas maka Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kotawaringin Timur (PC IMM Kotim) paginya langsung bergerak menggalang dana untuk korban kebakaran. Penggalangan dana dilakukan di tiga titik (Bundaran Polres, Bundaran Proklamasi, dan Bundaran Tidar). Dalam penggalangan dana ini tergabung pula Pikom IMM Djazman Al-kindi dan Pikom IMM AKBID Muhammadiyah Kotim, serta HMI Cabang Sampit.











Selama dua hari menggalang dana, Alhamdulillah dapat mengumpulkan sekitar 4,5 Juta. Kemudian dana ini dibelikan sembako dan peralatan dapur. Pada Kamis, 24 September 2016, sekitar pukul 15.30 wib seluruh kader IMM Kotim, bersama-sama ke TKP untuk menyerahkan sumbangan dana atas nama Masyarakat Kotim.

"Ini merupakan bantuan atas nama Masyarakat Kotim, kami hanya menyalurkannya saja. Kami berharap ini dapat membantu para korban, meskipun tak banyak yang dapat kami lakukan." Ujar Ketua Umum PC IMM Kotim, Immawati Ayu Oktarizza.

Dalam penyerahan ini, hadir pula kawan-kawan dari BEM STKIP Muhammadiyah Sampit dan Palang Merah Indonesia (PMI) yang juga memberikan bantuan untuk korban. "Kami sangat berterimakasih kepada IMM Kotim dan BEM STKIP Muhammadiyah Sampit, ini sangat membantu bagi warga yang tmengalami musibah. Semoga mahasiswa dapat selalu bergerak menyentuh masyarakat dan dapat sukses menyelesaikan studinya" ujar Bapak Kepala Desa.

"Alhamdulillah, terimakasih kami sampaikan kepada IMM Kotim dan BEM STKIP Muhammadiyah Sampit, kami sangat terbantu dengan kedatangan rekan-rekan mahasiswa. Jujur sampai kemarin yang datang baru dari Dinas Sosial, dan alhamdulillah hari ini rekan-rekan dari IMM Kotim, BEM STKIP Muhammadiyah Sampit dan PMI. Semoga kebaikan adik-adik semua dibalas oleh Allah" Ujar salah seorang korban, yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pelangsian.




Senin, 19 September 2016

Teruntuk Kader Ikatan, Melati Kuncup (Kotawaringin Timur)




Prolog
Segala puji bagi Allah yang menga-nugerahkan kita potensi akal, potensi hati, dan potensi nafsu, maka sebaik-baiknya ma- nusia adalah yang dapat mengendalikan dan memanfaatkan potensi tersebut. Sebuah tuli- san yang mungkin terlihat masih canggung akan anda baca sesaat lagi. Tulisan ini terun- tuk kader IMM Kotawaringin Timur, selepas hajatan besar dua komasariat (read: DAD) beberapa hari lalu, maka saya mendedika- sikan tulisan ini sebagai titik balik semangat awal bagi seluruh kader.
Bukan seorang penyair, bukan penulis yang handal, bahkan ini merupakan coretan pertama yang dengan susah payah diimple-mentasikan dalam sebuah tulisan. Pelajaran ini didapat dari DAD, waktu itu ayahanda PD Muhammadiyah Majelis Perkaderan Kotawa-ringin Timur mengatakan mulailah menulis, tulislah apa yang kamu pikirkan, jangan hentikan pikiranmu, tulislah!. Sesaat lagi metode ini akan saya implementasikan, silah- kan disimak semoga bermanfaat.
Teruntuk Kader Ikatan, Melati Kuncup
Kini kita memulai babak baru, dinamika perkuliahan, gejolak jiwa menuju peralihan putih-abu-abu menuju merah maron. Ini bukan sekedar perbincangan warna. Memilih IMM bukan sekedar memilih untuk organisasi atau berkegiatan, tapi lebih dari itu. Memilih IMM berarti berani berprinsip sesuai dengan nilai dasar ikatan. Saya sering mengatakan IMM itu hanyalah sebuah nama, tidak terlihat dan tidak berbentuk. Analoginya, jika kursi, rumah, pohon dan benda lainnya itu bisa dilihat dan jelas wujudnya, tapi IMM, siapa yang bisa menunjukkan mana itu IMM?.
IMM dapat berwujud, dapat terlihat besarnya melalui perilaku anggota atau kader-kadernya. Itulah IMM, ia hanya memiliki “sifat”, yang sifatnya itu harus diwujudkan oleh setiap kader-kadernya. Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas merupakan sifat, prinsip, ciri dari IMM, yang selanjutnya disebut dengan Tri Kompetensi IMM.
Mungkin diantara kita masih menerka-nerka, apa itu Tri Kompetensi yang muatannya Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas. Maka menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Immawan Beni Pramula mengungkapkan maksud dari istilah-istilah di atas.
Konsep religius yang terpampang dalam trilogy Ikatan adalah merupakan bingkai gerakan IMM dalam melihat realitas tidak terlepas dari nilai teologis yang di dasari Al-Qur’an, surat Ali-Imron 104 dan 110, membangun semangat Tauhid. Di tengah dominasi pandangan tentang dunia yang materialistik sekarang ini, maka IMM harus memandang bahwa jagat raya adalah sesuatu yang datang dari Tuhan, sadar dan responsif terhadap tuntutan spiritual serta aspirasi manusia. 
Sudah cukup lama istilah intelektual terpasung dalam pemaknaan sempit. Inteletual hanya dimaknai dan berkutat dalam kerja-kerja akademik. Semestinya intelektualitas harus bergerak secara kritis dan progresif serta bebas dari belenggu mantra-mantra “penelitian ilmiah” yang cenderung mengerdilkan kebebasan berfikir dan melupakan peringatan Allah dalam Al-Qur’an “afalaa yatafakkaruun”.
Humanitas secara sederhana ialah kemasyarakatan. Dalam melakukan perubahan tidak bias dilakukan dengan segudang konsep, yang tak kalah pentingnya adalah perjuangan mewujudkan konsep. Pada fase ini dibutuhkan kerja keras, semangat, kesabaran, ketabahan, dan stamina yang besar. Yang perlu disadari oleh kader IMM adalaha dalam mewujudkan perubahan peradaban kemajuan dalam kehidupan. (Beni Pramula, Setengah Abad IMM; Merebut Momentum, Meretas Zaman, Menduniakan Gerakan, Mediatama Indonesia, Jakarta, 2014. h 6-9).
Secara singkat saya berpendapat Religiusitas versi IMM, minimal kader IMM dapat menjadi aktivis masjid, menjadi pelopor bagi mahasiswa di kampus untuk bersegera sholat ketika seruan dikumandangkan, menjalankan aktivitas ibadah sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, mengembangkan gerakan dakwah minimal di lingkungan kampus dan seterusnya. Tak usah muluk-muluk, jika hal-hal kecil ini dapat dilaksanakan oleh seluruh kader IMM maka slogan “Anggun dalam Moral” bukanlah sekedar teriakan belaka. 
Inteletualitas, wawasan dan keilmuan mutlak dimiliki oleh seluruh kader IMM, jangan berbicara ingin meluruskan kiblat bangsa, menjadi problem solver bagi masyarakat, apalagi menduniakan gerakan, sementara pengetahuan kita tak pernah diperluas. Penyakit yang sering muncul dalam tubuh ikatan ialah malasnya kader dalam membaca, menggali wawasan, mengikuti kajian, telaah buku dan lainnya. IMM kini telah besar, tantangan makin membayang bagai raksasa. Jangan berpikir ingin mencari atau menjaring kader sebanyak-banyaknya sementara kita sama sekali tak mampu menga-yomi dan membimbing. Bukan kapasitas kemampuan kita yang tak mampu, hanya saja kita jarang mengasah potensi akal, sehingga pengetahuan kita hanya itu-itu saja, yang disampaikan itu-itu saja, bahkan tidak berani mengikuti diskusi tukar pikiran, karena tak pernah mau belajar. Sebagai kader IMM mari menjadi para intelektual, dimulai dari hal kecil, perbanyaklah membaca, melihat, dan mendengarkan gejala yang ada disekitar.
Intelektualitas sejatinya bukan sekedar kita pintar dan unggul dibangku kuliah namun implementasinya begitu lemah. Seorang intelektual justru mampu mengapli-kasikan keilmuannya dalam bertindak. Anies Baswedan berpesan bahwasanya, jadilah mahasiswa yang tidak hanya belajar dibangku kuliah, tapi juga diluar ruang kuliah (organisasi), sebaliknya jangan sekedar jadi aktivis diluar, tapi jadilah aktivis di dalam ruang kuliah. Simpulannya ialah jadilah akademisi dan aktivis yang seimbang. 
Humanitas, menjadi sebuah keharusan bahwa IMM merupakan gerakan non-profit, bergerak tidak dibayar, tidak digaji dan merupakan gerakan social, maka nilai-nilai humanitas (kemasyarakatan) harus mengakar dalam hati seorang kader. Kepekaan sosial, lebih-lebih keshalihan sosial yang merupakan amanat Al-Qur’an, salah satunya dalam surah Al-Ma’un yang merupakan spirit gerakan dakwah sosial Muhammadiyah. Maka sebagai anak bungsu (menurut kelahirannya) yang lahir dari rahim “sinar sang Surya” selayaknyalah nilai-nilai kemanusiaan itu dapat diaktualisasikan oleh kader IMM.
Maka singkat kata, kalimat yang senantiasa terlontar dari mulut ini, “Tolong hidupkan IMM dalam dirimu” setiap kali menyambut kader baru penuh harapan. Sebenarnya bukan menjadi sebuah permohonan namun keharusan. Rutinitas yang ada dalam rumah merah-maron sejatinya tidak terhenti sampai pada atribut jas dan lambang pena berlapis tiga warna itu saja. Kembali lagi, memilih IMM adalah menentukan prinsip hidup, setelah selesai di IMM, selanjutnya bertransformasi ke FOKAL, Pemuda Muhammadiyah – Nasyiatul Aisyiyah, dan selanjutnya memegang tampuk kepemimpinan Muhammadiyah – Aisyiyah, atau bahkan Amal Usahanya, maka berfikirkan, bersiaplah, berubahlah.

Billahi fisabililhaq, fastabiqul khoirot.

-IMMawati Ayu Oktarizza-
-Ketua Umum PC IMM Kotim-

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...