Jumat, 27 Desember 2019

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)


Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yang melekat pada generasi ini membuatnya mudah untuk mempelajari apapun. Namun, ada satu hal yang belakangan baru disadari bahwa mempelajari hal-hal baru yang modern tak cukup untuk dibanggakan, pun yang juga penting adalah melestarikan budaya lokal sendiri, seperti bahasa misalnya.

Kalimantan Tengah merupakan Provinsi dengan penduduk aslinya yaitu Suku Dayak dan bahasa daerahnya adalah bahasa Dayak. Bahasa Dayak tersebut kemudian melahirkan Sub bahasa Dayak yang berbeda di setiap daerah. Sama seperti yang lain, Sampit, ibukota kabupaten Kotawaringin Timur juga memiliki bahasa daerah lokal yaitu Bahasa Dayak Sampit.

Sampit, kota yang selalu melekat di biodata kita, kaum milenial, sepertinya hanya menjadi kota kelahiran. Kurangnya minat untuk mempelajari bahasa Dayak Sampit boleh jadi karena beberapa hal. Salah satunya yaitu minimnya penggunaan bahasa daerah dalam keluarga. Bahasa orang tua sangat mempengaruhi kemampuan berbahasa anak. ketika orang tua berkomunikasi dengan anak tetapi tidak menggunakan bahasa Dayak Sampit maka ketertarikannya terhadap bahasa tersebut akan rendah, ditambah lagi bahasa lingkungan yang juga bukan Bahasa Dayak Sampit.

Kota kecil yang kental dengan kebegaraman, Sampit, menjadi salah satu kota dengan penampung transmigran yang cukup tinggi, karena wilayahnya yang terbuka. Kota Sampit dapat dengan mudah diakses baik melalui jalur darat, air, maupun udara. Sejak dulu, orang-orang dari suku dan wilayah manapun bisa tinggal dan menetap di Sampit. Pada akhirnya penduduk setempat dan penutur Bahasa Dayak Sampit berasimilasi dan menyesuaikan diri untuk menggunakan bahasa nasional yang dimengerti oleh lingkungan yang telah terlanjur plural.

Ada fenomena aneh yang terjadi di Sampit, sepengamatan penulis, bahwa ternyata Bahasa Banjar jauh lebih populer digunakan masyarakat Sampit daripada Bahasa Dayak Sampit itu sendiri. Entah apa penyebabnya, penulis menyadari kurang melakukan kajian literatur terhadap rentetan sejarah penyebaran bahasa di Sampit. Namun bisa dipastikan, dari namanya, harusnya Bahasa Dayak Sampit bisa menjadi tuan bahasa di daerah sendiri dan semestinya bisa lebih populer.

Bahasa Dayak Sampit bukan hanya penting bagi pelestarian budaya bahasa lokal, tetapi juga dapat memberikan sumbangsih untuk memperkaya kosa kata bahasa nasional, Bahasa Indonesia. Meski pada level urban keberadaan bahasa Dayak Sampit minim diminati, tetapi pada level daerah pedalaman masih bisa ditemui penutur-penutur Bahasa Dayak Sampit, bahkan sebagian besar masyarakat menuturkan Bahasa Dayak Sampit sebagai bahasa komunikasi sehari-sehari. Beberapa contohnya adalah Daerah Kecamatan Baamang, seperti Kelurahan Baamang Hulu, Tanah Mas, Desa Tinduk, dan Kecamatan Seranau seperti Desa Terantang, dan sebagainya.

Terpeliharanya Bahasa Dayak Sampit pada beberapa daerah pedalaman, dapat menjadi museum pembelajaran dan pengembangan kemampuan bertutur Bahasa Dayak Sampit bagi kaum milenial yang tinggal di daerah urban. Westernisasi seketika mengubah pola pikir kaum milenial bahwa komunikasi dengan menyelipkan bahasa asing dalam percakapan mereka jauh lebih keren dibandingkan dengan menuturkan bahasa daerah.

Pada zaman sekarang menggunakan Bahasa Dayak Sampit bagi kebanyakan anak muda dianggap kampungan, tidak keren dan tidak modern, bahkan dianggap "orang ulu" (istilah yang digunakan untuk orang pedalaman, tidak tren), disamping itu memang banyak anak muda yang tidak mengenal Bahasa Dayak Sampit, padahal menetap di Sampit sejak lahir. Kondisi ini tentu saja memberi sinyal buruk bagi keberlangsungan Bahasa Dayak Sampit.

Dipenghujung tahun 2017, Badan Bahasa menyebutkan 11 bahasa daerah di Bagian Timur Indonesia telah punah, tentunya kita tidak ingin Bahasa Dayak Sampit bernasib sama.

Pada Sebuah gerakan masif anak muda yang beberapa tahun ini mendapat banyak perhatian masyarakat Sampit. Gerakan konservasi Bahasa Dayak Sampit yang diinisiasi oleh mahasiswa STKIP Muhammadiyah Sampit melalui program kreativitas mahasiswa, ternyata mampu menarik perhatian kaum muda, untuk kembali pada budaya bahasa lokal. Penulis merupakan salah orang yang merasakan manfaat dari gerakan ini. Sampit sebagai kota kelahiran dan keluarga yang merupakan asli penduduk setempat, tapi tidak fasih bertutur Bahasa Dayak Sampit, seperti mendapat tamparan besar.

Anak muda memang perlu pemantik. Sebagai kaum milenial yang dikenal dapat diandalkan dalam teknologi dan punya jiwa besar untuk menerima masukan dan saran dari manapun. Hal ini merupakan satu kelebihan dan peluang untuk menumbuhkan nilai-nilai kebudayaan lokal bagi kaum muda. Kelestarian Bahasa Dayak Sampit merupakan satu keniscayaan sebagai aset budaya Sampit.

Teknologi digital akan sangat menguntungkan untuk membumikan kembali Bahasa Dayak Sampit, banyak hal yang bisa  dilakukan kaum milenial untuk memperkenalkan dan mengampanyekan penggunaan bahasa Dayak Sampit. Memaksimalkan pemanfaatan media sosial sebagai sosialisasi, membuat video pembelajaran, membuat lagu ringan berbahasa Sampit, mendirikan komunitas milenial pecinta Bahasa Dayak Sampit, dan yang paling penting belajar untuk bertutur Bahasa Dayak Sampit dalam kehidupan sehari-hari serta mengubah pola pikir bahwa mencintai dan menggunakan Bahasa Daerah sendiri itu keren.

Utamakan Bahasa Indonesia
Lestarikan Bahasa Daerah
Kuasai bahasa asing
Salam Literasi

Oleh : Ayu Oktarizza

Kamis, 13 September 2018

Teruntuk Kader Ikatan (Jilid II)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuuh.

Setelah sekian lama 'tidur' dari dunia perliterasian, baru dua hari yang lalu saya mendapat pemantik yang cukup untuk mengembalikan semangat membaca lagi, pasalnya ada satu buku yang nampaknya 'saya banget'. Kemudian tadi pagi lagi-lagi dapat suntikan amunisi untuk membuat tulisan. Sampai pada malam ini bingung harus mengangkat tema apa. Sekitar 24 menit yang lalu -sejak saya mengetik tulisan ini- pikiran saya menjatuhkan satu tema yang sebeanrnya tidak universal sih, tapi seperti half of my life, mengesankan bagi saya.

Teruntuk kader Ikatan jilid II
Kenapa jilid II? Yaap.. sudah pasti ada yang jilid I-nya ya. Nih saya kasih linknya bagi yang belum menyimak.
Teruntuk kader Ikatan (melati kuncup).

Baiklah, malam ini saya tidak bisa menahan diri untuk menulis atau sekedar menunggu esok pagi. Selain khawatir akan lupa dan hilang mood, rasanya keyboard handphone malam ini lebih bersahabat untuk merekam riangnya hati atas potret beberapa hari lalu sampai hari ini.

Kalau ada yang menyimak tulisan saya sekitar dua tahun yang lalu -mudahan ada yang menyimak ya:D- bahasannya tetap masih sama, juga kebetulan waktunya pun sama (pasca DAD) juga, kok bisa ya?

Rasa syukur saya tahun ini masih menjadi bagian dari proses perkaderan IMM. Momen yang selalu menjadi titik awal semangat perjuangan kader baru. Awalnya sempat berniat jahat untuk tidak melibatkan diri lagi karena beberapa alasan -dasar banyak alasan :/ -, tapi Dia masih memperjodohkan saya pada situasi yang sejujurnya saya tak punya kemampuan untuk meninggalkannya.

Pagi ini handphone saya sempat kehabisan paket sejak malam sebelumnya, sampai di tempat kerja, baru bisa daring dengan koneksi internet via wifi gratis. Bisa dibayangkan berapa banyak pemberitahuan WhatsApp yang masuk dengan 305 kontak ditambah 45 grup serta ada sekitar 100 update status. Diantara itu semua saya yakin kita semua pasti lihai memfilter isi pesan mana yang paling prioritas dan menarik hati.

Siang tadi saya melihat pemandangan yang meruntuhkan segala kekhawatiran saya, panorama wajah immawan immawati sangat melegakan hati saya di tengah kerontangnya dunia yang penuh tipu daya politik praktis ini. Hehe. Keyakinan diri  memuncak. IMM Jaya, IMM Jaya, Ya IMM pasti Jaya!. Begitu gumam hati.


Rasa bahagia mendapat anggota keluarga baru, kader baru dengan semangat baru. Proses perkaderan formal yang telah immawan immawati baru jalani tentu akan menjadi bekal melanjutkan proses selanjutnya. 27 tunas muda mulai tumbuh.



Dari sisi yang lain, teruntuk kader Ikatan yang dulunya kuncup kini telah bemekaran. Menobatkan seseorang dari mahasiswa menjadi kader baru adalah sebuah rutinitas, proses yang bisa ditempuh melalui perkaderan formal, namun menyakinkan kader IMM menjadi kader pimpinan perlu proses, waktu, tempaan dan kesungguhan.

IMM Kotim sebentar lagi akan melaksanakan hajatan besar, sebuah forum tertinggi tingkat cabang, yang di sana akan lahir pemimpin-pemimpin sejati dan pemikiran-pemikiran yang murni, tapi siapa kiranya yang akan berani menyatakan diri untuk menahkodai?.

Melalui tulisan ini, saya utarakan rasa bangga bahwa kader pimpinan telah terpancar dari wajah mereka. Bagi saya setiap saat adalah 'membaca', Membaca tingkah, pola dan situasi yang ada. Pada DAD beberapa hari silam, bermunculan kader pimpinan baru, proses Darul Arqam tidak hanya berkesan bagi kader baru namun juga memberikan ruang bagi kader lama, kader madya khususnya teman-teman cabang untuk meaktualisasikan diri.


Saya sering membiarkan pikiran saya mengonotasikan kerja teman-teman cabang yang saya pikir ekslusif dan kurang blusukan, sekali lagi ini pikiran saya yang kurang analitik. Namun setelah sekian lama terapi dengan kata 'kebijaksanaan', saya melihat kenyataan yang membahagiakan dan membuat menyesal -kenapa tidak dari dulu saya sadari-, kader madya dan teman-teman cabang adalah kader yang berkualitas, unggul dan merata. Merek kader terbaik yang mampu mengayomi, mengarahkan, dan menjadi teladan. Pada DAD ini kader lama mendapat 'panggung' kemenangannya.  Mereka adalah pemenang pada kategorinya masing-masing. Sebuah harmoni (perpaduan) personal yang komplit, ada yang pandai dalam religius, tak kalah juga lihai intelektual, bagian humanis pun tidak kosong. Semua unggul dalam kemampuannya masing-masing. Inilah organisasi beragam dan melengkapi. Mereka unggul dalam bidangnya masing-masing, ada yang menguasai public speaking, kerja lapangan, kerja dapur, kerja administrasi, dan  sinergy building, semua ada pada mereka, pada kita, pada IMM.

Sebuah akhir paragraf dari isi tulisan ini, selamat menuju musyawarah. Teman-teman semua adalah kader-kader pimpinan yang memang masih harus turun untuk memimpin, karena memang inilah goal dari perjalanan ikatan kita. IMM itu seperti mesin produksi. Tepung, telur, gula, susu, dll yang dimasukan ke dalam mesin adonan dan oven tidak akan keluar dengan wujud awalnya, ia akan jadi roti, nilai dan  harganya menjadi meningkat melalui proses tersebut, sebaliknya jika yang keluar masih wujud awalnya, bolehkah kita namakan proses pembuatan roti itu gagal?, Tentu iya. Demikianlah analoginya, kita yang telah memilih berproses tentu akan berbeda dari 'seorang yang memulai' lalu berproses di IMM jadi 'seorang yang menjadi'. Sudah saatnya kita mengusir jauh-jauh rasa keterbebanan. Beban hanya dirasakan oleh orang yang tak yakin kalimah Fastabiqul khoirot, bukankah berlomba harus berani berlelah-lelah? Bagi saya berikatan, berorganisasi adalah seni. Seni mengenal, seni memanajemen, seni memimpin, seni memposisikan sesuatu pada tempat yang tepat. Kita adalah paket yang komplit dan bernilai, tinggal bagaimana teman-teman memilih siapa yang ahli dalam memadu-padankan. Siapa yang akan melanjutkan tonggak kepemimpinan.

Selamat bermusyawarah.
Salam Faskho!
Jangan takut menjadi pemimpin :)

Minggu, 18 Maret 2018

Sajak Sadar Politik

Sebentar lagi pemilu tiba
Aromanya kian sesak menjelma di setiap sendi kehidupan manusia
Inilah masanya aktor politik maju bertarung laga
Tak salah mereka menebarkan janji yang dipunya
Kuncinya hanya ada pada kita

Wahai para pecinta negara
pemegang tinggi kedaulatan bangsa
Siapa lagi kalau bukan rakyat namanya
Negeri ini dulunya diperjuangkan dengan darah dan nyawa
Para ksatria singsing lengan mengangkat senjata

Sekarang anak bangsanya hanya diminta satu suara
Suara bukan sembarang muara
Gunakanlah hak pilih, golput bukan sebuah pilihan
Mata, telinga, dan hati nurani berhak  di posisi pada yang tulus mengabdi

Jangan hiraukan angin pembeli suara
Menjualnya sama saja menghidupkan sengsara
Black campaign, money politic, serangan fajar harusnya telah menjadi cerita usang
Orientasi kita lebih seribu langkah ke depan

Bila hari ini ia membeli suara
Maka besok akan membeli jiwa
Sudah saatnya rakyat sesekali menggelitik lewat kritik
Pesta demokrasi bukan ajang berpolemik
Kita hanya mendambakan nahkoda terbaik
Untuk itu, mari melek politik...

-Narasi Seminar Pendidikan Politik-

Senin, 11 Desember 2017

Istilah Intelektual yang sering muncul dalam dunia mahasiswa



Ada yang mengalami, ketika sedang berdiskusi atau sekedar berbincang di lingkungan akademik, kita sering mati bahasa karena gagal paham? Yuk simak istilah intelektual untuk menambah kosakata dan pemahaman, berikut ada sekitar 200+ istilah :
Analogi: Persamaan atau Persesuaian
Andragogi: Ilmu tentang tata cara orang belajar
Aksentuasi: Pengutamaan, penitikberatan, penekanan
Alienasi: Terasingkan
Apresiasi: Penghargaan
Aksioma: Pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian
Adiktif: Kecanduan
Akselerasi: Percepatan
Akuntabel: Dapat dipertanggungjawabkan
Animo: Hasrat, kemauan yang kuat

Aposteriori: Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman
Apriori: Pengetahuan yang didapatkan tanpa pengalaman (pemikiran)
Ambigu: Bermakna ganda
Ambivalen: Bercabang dua yang saling bertentangan
Atributif: Melambangkan, menandai
Afiliasi: Berhubungan atau pertalian sebagai anggota/cabang
Afirmasi: Penetapan yang positif, pengkhususan
Advokasi: Pembelaan
Adidaya: Pembelaan
Asketisisme: Paham yang mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban

Absurd: Tidak masuk akal
Adendum: Jilid tambahan pada buku: lampiran
Asketik: Bersifat sederhana, jujur dan rela berkorban
Adagium: Peribahasa, pepatah
Borjuis: Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
Berorientasi: Kecenderungan pandangan
Bersua: Datang saling mendekati
Berspekulasi: Memperkirakan, berbohong
Berkamuflase: Menyamar
Broker: Makelar

Bias: Menyimpang dari sebenarnya
Disparitas: Perbedaan
Disorientasi: Kesamaran arah
Dinamika: Terjadi pergerakan, pergolakan
Distorsi: Penyimpangan, pemutarbalikan suatu fakta
Deskriptif: Menggambarkan
Diferensiasi: Pembedaan
Degradasi: Kemunduran, penurunan
Diskriminasi: Pembedaan perlakuan
Diskursus: Rasionalitas, wacana, pertukaran ide

Diaspora: Tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara/tempat
Dedikasi: Pengabdian, pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia
Dikotomi: pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan (pemisahan)  
Defisit: Kekurangan
Definitif: Sudah pasti
Diskresi: Kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi
Depresiasi: Turunnya nilai, penyusutan nilai
Divestasi: Pelepasan, pembebasan, pengurangan modal
Diversifikasi: Penganekaragaman
Diversitas: Perbedaan, kelainan, keragaman

Dekret: Keputusan (ketetapan)
De Facto: Berdasarkan fakta
De Jure: Berdasarkan hukum
Di lecut: Di Cambuk
Demografi: Ilmu tentang susunan jumlah, dan perkembangan penduduk
Domestik: Berhubungan dengan permasalahan dalam negeri
Difusi: Penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide)  
Diredusir: Mengurangi kesulitan, kesukaran: Menyederhanakan sesuatu agar lebih muda
Diametral: Terpisah secara berhadap-hadapan
Diksi: pilihan kata yang sesuai

Direduksi: DIkurangi
Daring: Dalam jaringan, internet (online)
Eksistensi: Keberadaan
Ekspektasi: Harapan
Esensi: Hakikat, inti
Esensial: Perlu sekali, mendasar, hakiki
Eskalasi: Kenaikan, pertambahan
Etimologi: Asal usul kata
Empiris: Berdasarkan pengalaman
Elegan: Anggun dan elok

Entitas: Satuan yang berwujud
Efisien: Tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya
Efektif: Ada efeknya (pengaruh, kesannya, akibatnya)
Elaborasi: Penggarapan secara tekun dan cermat
Eksplisit: Terus terang, tidak berbelit-belit
Emporium: Pusat perdagangan
Elitis: Kelompok elit: Terpandang
Etos: Pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial
Fluktuatif: Naik-turun
Fragmen: Cuplikan atau petikan bagian, pecahan sesuatu 

Fanatik: Teramat kuat kepercayaan terhadap ajaran
Fenomena: Fakta
Fundamental: Mendasar
Filantropi: Cinta kasih, kedermawanan kepada sesama
Fenomenal: Luar biasa, hebat
Flamboyan: Serba megah, gemerlapan
Friksi: Perpecahan, pergeseran yang menimbulkan perbedaan pendapat
Fiskal: Berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara
Feodal: Susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan
Garda: Pengawal

Garda depan: Pelopor, perintis
Genosida: Pembunuhan secara besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras
Hierarki: Urutan tingkatan atau jenjang jabatan
Hipotesis: Anggapan dasar (dugaan sementara)
Hipokrit: Suka berpura-pura, munafik
Hegemoni: Memengaruhi, merasuki
Heuristis: Bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian
Interpretasi: Penafsiran
Intensif: Secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal
Intens: Hebat, sangat kuat, tinggi, bergelora, sangat emosional

Insidental: Terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak rutin
Intelectual conscience: Nurani intelektual
Intervensi: Campur tangan
Implisit: Terkandung di dalamnya meskipun tidak diungkapkan
Inklusif: Termasuk; terhitung
Intrik: Penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan
Komprehensif: Secara menyeluruh lengkap
Kooperatif: Kerja sama
Krusial: Gawat, genting
Konfrontasi: Berhadap-hadapan langsung

Konsumtif: Tidak menghasilkan, hanya memakai
Kolektif: Secara bersama
Kontradiksi: Pertentangan
Kausalitas: Sebab-akibat
Kampiun: Baik sekali, juara, pandai sekali
Konklusi: Kesimpulan (pendapat)
Korelasi: Hubungan timbal balik atau sebab akibat
Kontinu: Berkesinambungan
Konsentris: Mempunyai pusat yang sama
Korektif: memperbaiki

Konspirasi: Persekongkolan, konspirasi
Kolosal: Dibuat secara besar-besaran, luar biasa besarnya
Kuratif: Dapat menolong menyembuhkan penyakit
Katarsis: Penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan
Komparatif: Berdasarkan perbandingan
Kompetitif: Berhubungan dengan kompetisi: persaingan
Komplementer: Bersifat saling mengisi; melengkapi
Konstelasi: Kumpulan orang, sifat, atau benda yang berhubungan
Kamuflase: Penyamaran
Kuartal: Tiga bulan

Laten: Tersembunyi, terpendam taoi punya potensi muncul
Lacur: Malang, celaka, sial; buruk laku
Masif: Utuh, padat, kuat, kukuh
Moderat: Konsep jalan tengah
Mediator: Penghubung
Mindset: Pola pikir
Mainstream: Arus utama (biasa)
Merefleksikan: Mencerminkan
Militan: Bersemangat tinggi, berhalauan keras
Mengelaborasi: Menggarap (mengerjakan) sesuatu secara tekun dan cermat

Menganulir: Membatalkan
Meniscayakan: Memastikan
Mafia: Kelompok kriminal yang terorganisasi
Madani: Berhubungan dengan hak-hak sipil: bukan militer
Monumental: Bersifat menimbulkan kesan peringatan pada sesuatu yang agung
Makar: Akal busuk, tipu muslihat, perbuatan dengan maksud hendak membunuh orang, perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah
Narsisme: Keadaan mencintai diri sendiri secara berlebihan
Normatif: Berpegang teguh pada norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku
Nomenklatur: Tata nama
Orientasi: Kecenderungan

Oase: Tempat, pengalaman, dsb yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan
Oposisi: Penentang golongan yang berkuasa
Oligarki: Pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu
Progresif: Ke arah kemajuan
Polemik: Perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa
Pedagogi: Ilmu pendidikan/ilmu pengajaran
Pedagogis: Bersifat mendidik
Proletar: Lapisan sosial paling bawah
Pluralisme: Keadaan masyarakat yang majemuk
Perfeksi: Kesempurnaan

Premis: Dasar pemikiran (Asumsi)
Prerogatif: Hak istimewa kepala negara
Presisi: Ketepatan, ketelitian
Paradigma: Kerangka berpikir, model dalam ilmu pengetahuan
Perspektif: Cara pandang/ sudut pandang
Paradoks: Bertentangan
Pragmatis: Bersifat praktis dan berguna bagi umum
Patriark: Bapak dan kepala keluarga
Propaganda: Penerangan (paham, pendapat dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu
Proposisi: Rancangan usulan

Prodeo: Karena Allah, cuma-cuma (gratis)
Probabilitas: Kemungkinan
Preventif: Bersifat mencegah
Penetrasi: Penerobosan, penembusan, pemasukan
Plat form: Rencana kerja: program
Preseden: Hal yang terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh
Privilese: Hak istimewa, kelebihan tertentu
Prinsip: Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb; dasar
Paripurna: Lengkap, penuh lengkap
Parsial: Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan

Posesif: Bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu
Pasif: Bersifat menerima saja
Profan: Tidak suci
Proyeksi: Perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
Periodik: Berkala, menurut kurun waktu tertentu
Pedofilia: Kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual
Patrimonial: Mengenai warisan dari bapak
Permisif: Bersifat terbuka, serba membolehkan, suka mengizinkan
Primordialisme: Pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertama
Rival: Lawan

Riskan: Besar resikonya/berbahaya
Referendum: Penyerahan suatu masalah ke orang banyak
Relevansi: Hubungan, kaitan
Remunerasi: Pemberian hadiah
Resistansi: Berperilaku bertahan, berusaha melawan atau menentang
Refleksi: Gambaran
Rekonsiliasi: Perbuatan memulihkan kembali
Relatif: Tidak mutlak, bergantung kepada orang yang memandang
Rekonstruksi: Penyusunan kembali, pengembalian seperti semula
Rasial: Berdasarkan prasangka ras tertentu

Restrukturisasi: Penataan kembali supaya struktur atau tatanannya baik
Radikal: Secara mendasar sampai kepada hal yang prinsip
Regulasi: Pengaturan
Revitalisasi: Proses perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali
Remedial: Berhubungan dengan perbaikan
Renaisans: Masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa (Abad 14-ke-17)
Retorika: Keterampilan berbahasa secara efektif
Resolusi: Putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang)
Residivis: Orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa

Renten: Bunga uang, riba
Restorasi: Pengembalia atau pemulihan kekeadaan semula
Restorative Justice SystemPenyelesaian sebuah permasalahan di luar dari pengadilan
Sekutu: Teman
Stagnasi: Keadaan terhenti tidak bergerak
Stigma: Ciri negatif yang menempel
Sekuler: Bersifat duniawi
Suspensi: Penangguhan sesuatu untuk sementara
Stereotip: Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tetap (praduga kebanyakan orang) 
Subtansial: Bersifat inti: sesungguhnya

Stimulus: Rangsangan
Sanitasi: Usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidangkesehatan masyarakat
Signifikan: Penting, berarti
Skeptis: Kurang percaya: Ragu-ragu
Simultan: Bersamaan, serentak
Spionase: Pemata-mataan
Sporadis: Tidak tentu, kadang-kadang
Sistemik: Susunan: aturan
Simbiosis mutualisme: Hubungan yang saling menguntungkan
Spekulasi: Pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan, tindakan yang bersifat untung-untungan

Spekulatif: Dengan pemikiran dalam-dalam secara teori
Stakeholder: Para pihak, pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana
Sistematis: Dengan cara diatur baik-baik
Skandal: Perbuatan yang memalukan, perbuatan yang menurunkan martabat seseorang
Simbolis: Sebagai lambang
Spekulan: Orang yang mencari keuntungan besar dengan cara melakukan spekulasi (Dugaan)
Surplus: Berlebihan,  jumlah yang melebihi hasil biasanya
Sintesis: Penggabungan, paduan, kesatuan yang selaras
Sinisme: Pandangan yang mengejek atau memandang rendah
Sarkasme: Penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain: cemoohan atau ejekan kasar

Term: Istilah
Tendensius: Melawan dan menyusahkan, bersifat berpihak, rewel
Tendensi: Kecenderungan, kecondongan pada suatu hal
Tipologi: Ilmu watak, watak
Terminologi: Peristilahan, ilmu mengenai batasan atau defenisi istilah
Tersua: Terjumpa
Teritorial: Mengenai bagian wilayah suatu negara
Turbulensi: Keadaan terganggu karena perubahan yang tidak dapat di prediksi dan dikontrol (ketidakstabilan)
Titik nadir: Titik paling rendah
Visioner: Perihal memandang jauh ke depan

Verifikasi: Pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, dsb
Validasi: Pengesahan, pengujian kebenaran atas sesuatu
Varian: Bentuk yang berbeda

Via: Melalui

Sumber: http://andimhail.blogspot.co.id/2015/11/kata-ilmiah-mahasiswa-dan-artinya.html?m=1


Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...