Senin, 11 Desember 2017

Istilah Intelektual yang sering muncul dalam dunia mahasiswa



Ada yang mengalami, ketika sedang berdiskusi atau sekedar berbincang di lingkungan akademik, kita sering mati bahasa karena gagal paham? Yuk simak istilah intelektual untuk menambah kosakata dan pemahaman, berikut ada sekitar 200+ istilah :
Analogi: Persamaan atau Persesuaian
Andragogi: Ilmu tentang tata cara orang belajar
Aksentuasi: Pengutamaan, penitikberatan, penekanan
Alienasi: Terasingkan
Apresiasi: Penghargaan
Aksioma: Pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa pembuktian
Adiktif: Kecanduan
Akselerasi: Percepatan
Akuntabel: Dapat dipertanggungjawabkan
Animo: Hasrat, kemauan yang kuat

Aposteriori: Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman
Apriori: Pengetahuan yang didapatkan tanpa pengalaman (pemikiran)
Ambigu: Bermakna ganda
Ambivalen: Bercabang dua yang saling bertentangan
Atributif: Melambangkan, menandai
Afiliasi: Berhubungan atau pertalian sebagai anggota/cabang
Afirmasi: Penetapan yang positif, pengkhususan
Advokasi: Pembelaan
Adidaya: Pembelaan
Asketisisme: Paham yang mempraktikkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban

Absurd: Tidak masuk akal
Adendum: Jilid tambahan pada buku: lampiran
Asketik: Bersifat sederhana, jujur dan rela berkorban
Adagium: Peribahasa, pepatah
Borjuis: Kelas masyarakat dari golongan menengah ke atas
Berorientasi: Kecenderungan pandangan
Bersua: Datang saling mendekati
Berspekulasi: Memperkirakan, berbohong
Berkamuflase: Menyamar
Broker: Makelar

Bias: Menyimpang dari sebenarnya
Disparitas: Perbedaan
Disorientasi: Kesamaran arah
Dinamika: Terjadi pergerakan, pergolakan
Distorsi: Penyimpangan, pemutarbalikan suatu fakta
Deskriptif: Menggambarkan
Diferensiasi: Pembedaan
Degradasi: Kemunduran, penurunan
Diskriminasi: Pembedaan perlakuan
Diskursus: Rasionalitas, wacana, pertukaran ide

Diaspora: Tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara/tempat
Dedikasi: Pengabdian, pengorbanan tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan mulia
Dikotomi: pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan (pemisahan)  
Defisit: Kekurangan
Definitif: Sudah pasti
Diskresi: Kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yang dihadapi
Depresiasi: Turunnya nilai, penyusutan nilai
Divestasi: Pelepasan, pembebasan, pengurangan modal
Diversifikasi: Penganekaragaman
Diversitas: Perbedaan, kelainan, keragaman

Dekret: Keputusan (ketetapan)
De Facto: Berdasarkan fakta
De Jure: Berdasarkan hukum
Di lecut: Di Cambuk
Demografi: Ilmu tentang susunan jumlah, dan perkembangan penduduk
Domestik: Berhubungan dengan permasalahan dalam negeri
Difusi: Penyebaran atau perembesan sesuatu (kebudayaan, teknologi, ide)  
Diredusir: Mengurangi kesulitan, kesukaran: Menyederhanakan sesuatu agar lebih muda
Diametral: Terpisah secara berhadap-hadapan
Diksi: pilihan kata yang sesuai

Direduksi: DIkurangi
Daring: Dalam jaringan, internet (online)
Eksistensi: Keberadaan
Ekspektasi: Harapan
Esensi: Hakikat, inti
Esensial: Perlu sekali, mendasar, hakiki
Eskalasi: Kenaikan, pertambahan
Etimologi: Asal usul kata
Empiris: Berdasarkan pengalaman
Elegan: Anggun dan elok

Entitas: Satuan yang berwujud
Efisien: Tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya
Efektif: Ada efeknya (pengaruh, kesannya, akibatnya)
Elaborasi: Penggarapan secara tekun dan cermat
Eksplisit: Terus terang, tidak berbelit-belit
Emporium: Pusat perdagangan
Elitis: Kelompok elit: Terpandang
Etos: Pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial
Fluktuatif: Naik-turun
Fragmen: Cuplikan atau petikan bagian, pecahan sesuatu 

Fanatik: Teramat kuat kepercayaan terhadap ajaran
Fenomena: Fakta
Fundamental: Mendasar
Filantropi: Cinta kasih, kedermawanan kepada sesama
Fenomenal: Luar biasa, hebat
Flamboyan: Serba megah, gemerlapan
Friksi: Perpecahan, pergeseran yang menimbulkan perbedaan pendapat
Fiskal: Berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara
Feodal: Susunan masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan
Garda: Pengawal

Garda depan: Pelopor, perintis
Genosida: Pembunuhan secara besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras
Hierarki: Urutan tingkatan atau jenjang jabatan
Hipotesis: Anggapan dasar (dugaan sementara)
Hipokrit: Suka berpura-pura, munafik
Hegemoni: Memengaruhi, merasuki
Heuristis: Bersangkutan dengan prosedur analitis yang dimulai dengan perkiraan yang tepat dan mengecek ulang sebelum memberi kepastian
Interpretasi: Penafsiran
Intensif: Secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal
Intens: Hebat, sangat kuat, tinggi, bergelora, sangat emosional

Insidental: Terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja; tidak rutin
Intelectual conscience: Nurani intelektual
Intervensi: Campur tangan
Implisit: Terkandung di dalamnya meskipun tidak diungkapkan
Inklusif: Termasuk; terhitung
Intrik: Penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan
Komprehensif: Secara menyeluruh lengkap
Kooperatif: Kerja sama
Krusial: Gawat, genting
Konfrontasi: Berhadap-hadapan langsung

Konsumtif: Tidak menghasilkan, hanya memakai
Kolektif: Secara bersama
Kontradiksi: Pertentangan
Kausalitas: Sebab-akibat
Kampiun: Baik sekali, juara, pandai sekali
Konklusi: Kesimpulan (pendapat)
Korelasi: Hubungan timbal balik atau sebab akibat
Kontinu: Berkesinambungan
Konsentris: Mempunyai pusat yang sama
Korektif: memperbaiki

Konspirasi: Persekongkolan, konspirasi
Kolosal: Dibuat secara besar-besaran, luar biasa besarnya
Kuratif: Dapat menolong menyembuhkan penyakit
Katarsis: Penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan
Komparatif: Berdasarkan perbandingan
Kompetitif: Berhubungan dengan kompetisi: persaingan
Komplementer: Bersifat saling mengisi; melengkapi
Konstelasi: Kumpulan orang, sifat, atau benda yang berhubungan
Kamuflase: Penyamaran
Kuartal: Tiga bulan

Laten: Tersembunyi, terpendam taoi punya potensi muncul
Lacur: Malang, celaka, sial; buruk laku
Masif: Utuh, padat, kuat, kukuh
Moderat: Konsep jalan tengah
Mediator: Penghubung
Mindset: Pola pikir
Mainstream: Arus utama (biasa)
Merefleksikan: Mencerminkan
Militan: Bersemangat tinggi, berhalauan keras
Mengelaborasi: Menggarap (mengerjakan) sesuatu secara tekun dan cermat

Menganulir: Membatalkan
Meniscayakan: Memastikan
Mafia: Kelompok kriminal yang terorganisasi
Madani: Berhubungan dengan hak-hak sipil: bukan militer
Monumental: Bersifat menimbulkan kesan peringatan pada sesuatu yang agung
Makar: Akal busuk, tipu muslihat, perbuatan dengan maksud hendak membunuh orang, perbuatan (usaha) menjatuhkan pemerintah yang sah
Narsisme: Keadaan mencintai diri sendiri secara berlebihan
Normatif: Berpegang teguh pada norma; menurut norma atau kaidah yang berlaku
Nomenklatur: Tata nama
Orientasi: Kecenderungan

Oase: Tempat, pengalaman, dsb yang menyenangkan di tengah-tengah suasana yang serba kalut dan tidak menyenangkan
Oposisi: Penentang golongan yang berkuasa
Oligarki: Pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu
Progresif: Ke arah kemajuan
Polemik: Perdebatan mengenai suatu masalah yang dikemukakan secara terbuka di media massa
Pedagogi: Ilmu pendidikan/ilmu pengajaran
Pedagogis: Bersifat mendidik
Proletar: Lapisan sosial paling bawah
Pluralisme: Keadaan masyarakat yang majemuk
Perfeksi: Kesempurnaan

Premis: Dasar pemikiran (Asumsi)
Prerogatif: Hak istimewa kepala negara
Presisi: Ketepatan, ketelitian
Paradigma: Kerangka berpikir, model dalam ilmu pengetahuan
Perspektif: Cara pandang/ sudut pandang
Paradoks: Bertentangan
Pragmatis: Bersifat praktis dan berguna bagi umum
Patriark: Bapak dan kepala keluarga
Propaganda: Penerangan (paham, pendapat dsb) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu
Proposisi: Rancangan usulan

Prodeo: Karena Allah, cuma-cuma (gratis)
Probabilitas: Kemungkinan
Preventif: Bersifat mencegah
Penetrasi: Penerobosan, penembusan, pemasukan
Plat form: Rencana kerja: program
Preseden: Hal yang terjadi lebih dahulu dan dapat dipakai sebagai contoh
Privilese: Hak istimewa, kelebihan tertentu
Prinsip: Kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb; dasar
Paripurna: Lengkap, penuh lengkap
Parsial: Berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan

Posesif: Bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu
Pasif: Bersifat menerima saja
Profan: Tidak suci
Proyeksi: Perkiraan tentang keadaan masa yang akan datang
Periodik: Berkala, menurut kurun waktu tertentu
Pedofilia: Kelainan seksual yang menjadikan anak-anak sebagai objek seksual
Patrimonial: Mengenai warisan dari bapak
Permisif: Bersifat terbuka, serba membolehkan, suka mengizinkan
Primordialisme: Pandangan yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertama
Rival: Lawan

Riskan: Besar resikonya/berbahaya
Referendum: Penyerahan suatu masalah ke orang banyak
Relevansi: Hubungan, kaitan
Remunerasi: Pemberian hadiah
Resistansi: Berperilaku bertahan, berusaha melawan atau menentang
Refleksi: Gambaran
Rekonsiliasi: Perbuatan memulihkan kembali
Relatif: Tidak mutlak, bergantung kepada orang yang memandang
Rekonstruksi: Penyusunan kembali, pengembalian seperti semula
Rasial: Berdasarkan prasangka ras tertentu

Restrukturisasi: Penataan kembali supaya struktur atau tatanannya baik
Radikal: Secara mendasar sampai kepada hal yang prinsip
Regulasi: Pengaturan
Revitalisasi: Proses perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali
Remedial: Berhubungan dengan perbaikan
Renaisans: Masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa (Abad 14-ke-17)
Retorika: Keterampilan berbahasa secara efektif
Resolusi: Putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang)
Residivis: Orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan yang serupa

Renten: Bunga uang, riba
Restorasi: Pengembalia atau pemulihan kekeadaan semula
Restorative Justice SystemPenyelesaian sebuah permasalahan di luar dari pengadilan
Sekutu: Teman
Stagnasi: Keadaan terhenti tidak bergerak
Stigma: Ciri negatif yang menempel
Sekuler: Bersifat duniawi
Suspensi: Penangguhan sesuatu untuk sementara
Stereotip: Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tetap (praduga kebanyakan orang) 
Subtansial: Bersifat inti: sesungguhnya

Stimulus: Rangsangan
Sanitasi: Usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidangkesehatan masyarakat
Signifikan: Penting, berarti
Skeptis: Kurang percaya: Ragu-ragu
Simultan: Bersamaan, serentak
Spionase: Pemata-mataan
Sporadis: Tidak tentu, kadang-kadang
Sistemik: Susunan: aturan
Simbiosis mutualisme: Hubungan yang saling menguntungkan
Spekulasi: Pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan, tindakan yang bersifat untung-untungan

Spekulatif: Dengan pemikiran dalam-dalam secara teori
Stakeholder: Para pihak, pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu rencana
Sistematis: Dengan cara diatur baik-baik
Skandal: Perbuatan yang memalukan, perbuatan yang menurunkan martabat seseorang
Simbolis: Sebagai lambang
Spekulan: Orang yang mencari keuntungan besar dengan cara melakukan spekulasi (Dugaan)
Surplus: Berlebihan,  jumlah yang melebihi hasil biasanya
Sintesis: Penggabungan, paduan, kesatuan yang selaras
Sinisme: Pandangan yang mengejek atau memandang rendah
Sarkasme: Penggunaan kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain: cemoohan atau ejekan kasar

Term: Istilah
Tendensius: Melawan dan menyusahkan, bersifat berpihak, rewel
Tendensi: Kecenderungan, kecondongan pada suatu hal
Tipologi: Ilmu watak, watak
Terminologi: Peristilahan, ilmu mengenai batasan atau defenisi istilah
Tersua: Terjumpa
Teritorial: Mengenai bagian wilayah suatu negara
Turbulensi: Keadaan terganggu karena perubahan yang tidak dapat di prediksi dan dikontrol (ketidakstabilan)
Titik nadir: Titik paling rendah
Visioner: Perihal memandang jauh ke depan

Verifikasi: Pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, dsb
Validasi: Pengesahan, pengujian kebenaran atas sesuatu
Varian: Bentuk yang berbeda

Via: Melalui

Sumber: http://andimhail.blogspot.co.id/2015/11/kata-ilmiah-mahasiswa-dan-artinya.html?m=1


Jumat, 08 Desember 2017

Yukk.. Cek Nilai PAS GANJIL KELAS XII SMK MUHAMMADIYAH SAMPIT

Assalamualaikum ww,
Siswa-siswi Kelas XII sudah tidak sabar ya menanti nilai Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjilnya. Sampai-sampai setiap ketemu selalu ditagih-tagih, kan bete.. Hee..

Well, untuk yang tuntas selamat, pertahankan yes. Yang masih dibawah KKM (dibawah 70) semangat lagi belajarnyaa.. Jangan lupa ikut program remedial.

Selamat untuk kelas XII TJK A, dengan persentase ketuntasan 73,3% yuhuuu... Good job!

Remedial:
Membuat kliping 3 lembar kertas A4 tentang Sosial atau berita daerah Kotim, tidak perlu dijilid, cukup beri nama dibelakanv kertas, dikumpulkan paling lambat 15 Desember 2017.

Penasaran nilai kalian berapa? Yuk disimak...







Rabu, 06 Desember 2017

Nilai PAS Kelas XI (Ilmu Pengetahuan Sosial) SMK Muhammadiyah Sampit

Berikut nilai Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Tahun 2017/2018 Kelas XI mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial:

Siswa dengan nilai dibawah KKM (diibawah 70, tanda biru) harus menempuh remedial. 

Remedial:
Membuat kliping 3 lembar kertas A4 tentang ekonomi atau pendidikan, tidak perlu di jilid (cukup cantumkan nama), kumpul sampai batas waktu 15 desember 2017. 

 



Selasa, 28 November 2017

Tiga Fokus Gerakan Nasional Nasyiatul Aisyiyah


Disampaikan pada Konsolidasi PPNA bersama Nasyiatul Aisyiyah Kalimantan Tengah selepas Pembukaan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah

Highline gerakan Nasyiatul Aisyiyah adalah *Gerakan Ramah Ibu dan Anak*

Antara lain:

*Menghidupkan Gerakan Ranting NA*
yaitu dengan berbasis komunitas/hobi, Nasyiatul Aisyiyah diharapkan mampu menjadi pembina komunitas perempuan muda sesuai hobi atau kelurahan yang disebut dengan ranting, misal mengembangkan komunitas yang sekarang trend bagi perempuan muda tentunya tetap membawa visi amar makruf nahi munkar, serta mendesak berdirinya ranting NA di setiap Amal Usaha Muhammadiyah.

*Gerakan Keluarga Muda Tangguh (KMT)*
yang memiliki 10 pilar antara lain :
- Berakhlak mulia
- mengemban visi perdamaian
- mandiri
- demokratis
- berkeadilan dengan semangat Al-Maun
- Anti kekerasan
- Sehat Jasmani, rohani, dan lingkungan
- Kesetaraan akses
- Sadar dan tanggap bencana
- Ego family

Secara nasional Nasyiatul Aisyiyah telah berupaya mengantasi stunting -yaitu masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam jangka waktu yang lama-,  dengan adanya gerakan KMT ini diharapkan keluarga lebih siap dan sehat dalam menjalankan hidup. Kita sadar bahwa baiknya sebuah negara tentu diawali dengan baiknya setiap keluarga. Kampanye 10 pilar ini harus kita wujud dalam hidup, khususnya kader Nasiyiah Aisyiyah.

*Dakwah Millenial*
Seperti yang dituturkan ayahanda Haedar Nasir saat ini kita warga Muhammadiyah masih belum memaksimalkan sarana digital sebagai media dakwah. Dibandingkan dengan gerakan lain, kita cenderung berdakwah hanya untuk kalangan Muhammadiyah. Oleh karena itu,  Nasyiatul Aisyiyah sudah harus menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah yang patut dibuat terstruktur dan mulai melenturkan dakwah sehingga bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Karena pada dasarnya tujuan Nasyiatul Aisyiyah adalah untuk membentuk putri insan yang mulia. Putri insan ini tak terbatas hanya kader Nasyiah, tapi untuk semua masyarakat.

Selain itu, Nasyiah juga harus mulai membuka diri untuk melakukan konsolidasi dengan lembaga yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, baik pemerintahan maupun lembaga sosial lainnya.

Fastabiqul khoiroot
Albirru manitaqo
(Ayu Oktarizza)

MEMBACA KU GENGGAM DUNIA


(editor : Ahmad maulana)

 Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki budaya literasi yang tinggi, berbudaya baca tinggi, seperti Jepang, Finlandia, dan beberapa lainnya di Eropa dikenal memiliki budaya literasi yang tinggi. Indikatornya adalah pola hidup, kemajuan ilmu, teknologi dan perilaku yang mereka bangun sejak dini. Mereka sadar bahwa kemajuan bangsa bisa dilakukan apabila kualitas sumber daya manusianya bagus. Bagusnya kualitas SDM, bukan didapat dengan gampang, juga bukan kodrat illahi, tetapi dilewati dengan proses pembelajaran yang bekualitas, menempatkan kegiatan membaca sebagai sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi agar bisa mengubah nasib menjadi lebih baik.

memang tak dapat dipungkiri bahwa bagi masyarakat Negara-negara maju seperti di jepang dan eropa membaca adalah sebuah kebutuhan primer (utama), mereka sadar bahwa membaca dan menulis itu  kebutuhan hidup, Selalu diperlukan. Ketika membaca  menjadi kebutuhan dan budaya, maka wajarlah apabila negara-negera tersebut menempatkan mereka diposisi terbaik dalam hal membaca, karena sudah menanam benih membaca sejak usia dini dan hasilnya tidak diragukan lagi didalam bidang literasi.

Sementara bangsa kita, Indonesia berada pada peringkat yang ke 60 dari 61 negara yang merupakan peringkat terendah, Inilah potret  buruk kualitas bangsa Indonesia di dunia global. Dan lagi kualitas di setiap daerahnya pasti tidak berbeda jauh dengan peringkat negaranya didunia, karena semakin ke daerah, budaya baca semakin mati, angat ironis dan menyedihkan.  Padahal, bangsa kita yang mayoritas beragama Islam, harusnya  punya budaya bacanya lebih tinggi dibandingkan mereka di barat. Dikatakan demikian, karena hanya orang Islam yang mendapat perintah dari Allah untuk “ beriqra”, ya membaca. Namun, mengapa masyarakat kita yang mayoritas Islam ini malas membaca, bahkan meninggalkan budaya baca dengan berbagai alasan?

Sejatinya, masyarakat kita memiliki budaya baca tinggi, karena hal ini  sangat berpengaruh terhadap kemampuan baca. Semakin tinggi budaya baca bangsa, maka semakin tinggi daya baca mereka. Artinya kemampuan memahami, menganalisis dan memberikan solusi akan permasalahan-permasalahan bangsa ini, dengan membaca dapat meningkatkan produktif suatu bangsa.

Tak dapat kita pungkiri bahwa sebagai bangsa yang memiliki budaya literasi  tinggi, masyarakatnya memiliki daya fikir dan daya cipta yang tinggi. Mereka bahkan kemudian mengukir kemajuan  bangsa, menjadi bangsa-bangsa yang produktif dan makmur.  Secara positif, bangsa- bangsa tersebut, sudah lebih dahulu sadar bahwa dengan banyak membaca, mereka bisa membangun peradaban bangsanya, dengan ilmu pengetahuan yang memuliakan seseorang dan bangsanya. Mereka menjadi lebih dahulu bangkit dari tidur. Sehingga, sebesar apapun kemajuan dunia, tidak akan banyak berpengaruh atau menurunkan budaya baca mereka. Berbeda halnya dengan bangsa kita.

Sejanak kita mengingat Talk show Najwa Shihab tentang MENEBAR MINAT BACA, berikut ink beberapa ringkasan dari flim tersebut menurut versi saya.

Menurut Sugeng hariyono yang berasal dari lampung membaca bukan hanya untuk Mengisi waktu luang saja namun harus dijadikan sebuah kebutuhan serta harus ada keinginan yang kuat untuk memulai membaca, dengan adanya keinginan yang kuat akan mampu menumbuhkan motivasi dalam membaca baik karena kebutuhan atau hanya sekedar membuka dan mencari tau isi buku.

Saat ini komunitas literasi yang mereka kelola sudah memiliki 3600 koleksi serta telah membuka dan mengembangkan komutitasnya berupa ontel pustaka. perahu pustaka. Dan mendapat suport dari comunitas motor honda CB70 indonesia yang ingin mencerdaskan anak bangsa dengan membaca.

menurut Relawan noken pustaka dari papua yaitu pak misbah dan pak agus mandoen merasa sangat sedih serta prihatin yang mendalam terhadap keadaan siswanya yang kurang memiliki ilmu dan pengetahuan serta buku bacaan karena akses yang sulit dan jauh dari pusat kota namun tidak membuat mereka menyerah untuk membawakan buku bagi anak-anak pedalam papua walaupun hanya sekedar dibuka dan dilhat gambarnya saja sudah membuat hati mereka sangat senang dan bangga karena bisa mendekatkan buku kepada anak-anak dipelosok sana, adapun misi dan tujuan yang mereka agar anak-anak yang ada sekitar desa bisa maju berpikir dan luas pengetahuanya dengan membaca, hal yang mereka lakukan hanya hal kecil, namun besar harapanya bisa melibatkan seluruh lapisan utamanya anak-anak disana supaya anak-anak tidak tertinggal arus perkembangan modern yang semakin maju dan cepat.

Menurut Agus Mandoen "ada rasa kebanggaan saat anak mau memegang buku yang susah payah dibawanya walau itu hanya dipegang dan tidak dibaca sebab mereka tidak bisa membaca", bukan hal yang mudah bagi misbah dan agus untuk membudayakan membaca di pedalaman papua sana, mereka Pernah dianggap gila oleh warga desa karena melakukan hal yang diluar kebiasaan orang papua, namun itu tidak menyurutkan langkah dan semangat mereka untuk terus mebar virus membaca pada warga desa dan anak pedalaman papua.

Bermodalkan rasa prihatin dan semangat terus-menerus menjalani dengan misi dan tujuan yang sudah bulat ditambah sabar pada akhirnya kedatangan mereka ditunggu anak-anak karena ingin belajar dan mencari ilmu pengetahuan yang baru.

Disisi lain Sugeng berharap dengan adanya komunitas baca diindonesia ini akan menjadi sebuah titik awal berkumpulnya orang untuk membca dan menempatkan buku sebagai teman dan sarana menambah teman, dengan buku pula dia yakin bahwa seseorang akan mampu Mengkuti perkembangan zaman, Namun bukan hanya dengan membaca saja membuat anak dekat dan akrab dengan buku tetapi bisa dengan  memutar flim-flim edukasi untuk anak agar menarik minat dan menyenangi membaca hal ini bisa dilakukan dengan membuat bioskop pustaka khusus anak. Sugeng juga menambahkan bahwa dengan membaca akan mampu membangun karakter seorang anak.

Dilain sisi Noken pustaka papua ( misbah dan agus mandoen ) memiliki harapan besar bisa membuat sebuah galeri pustaka terapung yang bukan hanya untuk membaca tetapi juga untuk melestarikan budaya papua/lokal dengan membaca dan wisata, Semangat  dan Tekat kuat menebar minat baca harus ada pada diri seorang pemuda, dengan berpartisipasi pemuda dalam hal ini walaupun hanya sesuatu yang kecil asalkan dilakukan dengan hati tulus dan ikhlas maka akan membawa dampak yang positif serta bermanfaat baik untuk dirinya dan masyarakat sekitarnya.

Menurut M aryo faridh zidhi dan firman venayaksa pengurus Komunitas ayo baca indonesia mereka Berkeinginan untuk mengajak anak-anak membaca dengan metode mendongeng. Hal sama pun menjadi sebab mereka terpanggil karena resah dengan minat anak membaca serta mendongeng yang menjadi sebuah ciri khas bangsa indonesia kian surut, harapanya dengan metode yang menyenangkan akan membuat anak tertarik membaca dan mendongeng. Bukan hanya itu mereka juga mengajarkan jurnalistik, dan sastra, yang menunjukan bahwa dari hasil membaca membuat mereka bisa dalam berbagai bidang karena sebuah buku membuka sejuta ilmu yang tidak di dapat oleh siapapun yang malas membaca dan mencari harta karun ilmu pengetahuan didalam sebuah buku.

Dari film yang sudah kita simak beberapa waktu yang  lalu menunjukan bahwa membaca harus digagas untuk semua masyarakat Akan tetapi bukan hanya membaca saja namun harus pula Memulai diskusi antar pembaca yang membuat ilmu bacaan berkembang, Dan tantangan yang saat ini dihadali oleh pembaca adalah  keterbatasan buku-buku bacaan, dalam hal ini Negara harus terlibat untuk menyikapi permasalahan tersebut, bukan beralasan karena minat baca rendah sehingga tidak menyediakan buku bacaan yang mampu mengembangkan pengetahuan dan karakter anak bangsa nantinnya.

Dilain pihak menurut syarif bando kepala pustaka republik indonesia mengatakan "buku bacaan yang tidak ada membuat pemerintah mengatakan bahwa minat baca rendah yang pada kenyataanya terbalik, buku-buku yang tidak memadai membuat minat membaca rendah tidak sesuai dengan keinginan pembaca tetapi semangat membaca yang begitu tinggi masih ada pada masyarakat"  tegasnya.

Mengutip pernyataan dari Najwa shihab, dia mengatakan " Jika melek aksara menjadi hal biasa Minat baca adalah hal yang istimewa
Sekadar mengeja telah menjadi kebiasaan
Namun gemar membaca adalah keistimewaan
Meningkatkan minat baca memang tak gampang.
Berbagai kendala banyak menghadang, Budaya menonton kian merajalela, Sosial media lebih mengoda ketimbang pustaka, Buku-buku memang terus diproduksi, Tapi tak serta merta meningkatkan literasi.
Belum lagi persoalan distribusi
Buku-buku sulit diakses mereka yang terisolasi
Perpustakaan hanya diisi diktap dan kisi-kisi
Sedikit yang bisa menghidupkan imajinasi "
#salamliterasi

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...