Senin, 05 Desember 2016
Rabu, 30 November 2016.
Dalam rangka memperingati hari Pahlawan, Angkatan Muda Muhammadiyah Kotawaringin Timur menyelenggarakan Diskusi Publik dengan tema "Internalisasi Nilai-Nilai Patriotisme untuk Generasi Penerus Bangsa".
Diskusi dengan narasumber dari TNi, Akademisi, dan Pemuda ini dihadiri oleh berbagai OSIS, BEM, dan OKP. Kegiatan ini secara umum diharapkan dapat memupuk jiwa nasionalis dan patriotis..
Tanya Jawab Agama: Kepemimpinan Wanita
Tanya:
Boleh
atau tidak seorang wanita menjadi pemimpin, misalnya menjadi direktris rumah
sakit, sebab ada hadist Nabi saw yang menyatakan bahwa tidak akan beruntung
suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita?
Jawab:
Dalam
Keputusan Muktamar Tarjih XVII di Wiradesa dan disempurnakan pada Muktamar
XVIII di Garut, tentang "Adabul Mar'ah fil Islam" dinyatakan
bahwa tidak agama tidak menolak dan menghalang-halangi seorang wanita menjadi
hakim, diretur sekolah, direktur perusahaan, camat, lurah, menteri, walikota
dan sebagainya.
Pimpinan
Daerah Majelis Tarjih Kota Madya Surakarta melakukan pengkajian tentang hadist
"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
wanita", Majelid Tarjih PP Muhammadiyah tidak melihat adanya dalil-dalil
yang merupakan nash bagi pelanggaran wanita menjadi
pemimpin. Karena itu MajelisTarjih PP Muhammadiyah berkesimpulan, sesuai
dengan putusan Wiradesa di atas, boleh
wanita menjadi direktris rumah sakit.
Biasanya
ada 3 (tiga) dalil yang diajukan sebagai dasar larangan wanita menjadi pemimpin
yaitu:
1. Firman
Allah SWT, dalam surat an-Nisa, ayat 34:
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki
itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka
di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta’atimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar.
2. Hadist Nabi saw yang diriawayatkan oleh al-Bukhari, an-Nasa'i. At-Turmudzi dan Ahmad dari Abu Bakrah yang berbunyi: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang akan menyerahkan urusan mereka kepada wanita".
3. Hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ahmad yang berbunyi: "Tibalah saatnya kehancuran kaum laki-laki apabila ia tunduk kepada kaum wanita".
Mengenai ayat 34 an-Nisa', dalam tafsir ash-Shabuni (Juz 1:466) dijelaskan bahwa latar belakang historis (sebab nuzul) ayat ini menyangkut hubungan privat laki-laki dan wanita dalam rumah tangga. Ayat ini turun mengenai kasus pembangkangan (musyuz) isteri Sa'ad Ibnu ar-Rabi' sehingga Sa'ad menamparnya dan ia mengadukan hal ini kepada Nabi saw seraya meminta supaya Sa'ad dihukum qishash. Nabi saw tidak melakukan hukum tersebut karena turunnya ayat ini, yang berarti Sa'ad bertindak dalam kepastiannya sebagai pemimpin dalam kehidupan rumah tangga. Al-Qur'an dan terjemahan dari Departemen Agama memberi judl ayat ini "Beberapa peratuaran hidup bersuami istri", Dalam ayat itu sendiri ditegaskan salah satu alasan lelaki memimpin wanita, yaitu karena lelaki bertanggungjawab atas nafkah keluarga. Jadi jelas bahwa ayat ini adalah dalam konteks kehidupan suami dan istri. Karenanya ayat ini tidak merupakan nash pelanggaran wanita menjadi pemimpin dalam kehidupan sosial dari luar rumah tangga seperti menjadi direktur dan sebagainya.
Mengenai dalil kedua (Hadist dari Abu Bakrah) adalah shahih, ditiwayatkan oleh Al-Bukhari dua kali dalam kalimat shahihnya, yaitu pada kitab Al-Maghazi, bab Kitab An-Nabi Ha Kisra Wa Qaisar (Juz III: 90-91)
Konsep Al-Maun dalam Konteks Ber-Muhammadiyah dan Ber-IMM
Segala
puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW, dan
aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain
Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya..
Amma Ba’du.
Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Ma’un: 1-7)
Di
antara pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini adalah: Pertama: Ayat ini menjelaskan
tentang anjuran memberi makan kepada orang miskin dan anak yatim. Diriwyatkan
oleh AL-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: Aku bersama orang yang
menanggung anak yatim seperti ini”. Dan
beliau menjadikan jari telunjuk berjejeran dengan jari tengah.[1]
Diriwyatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa
Nabi Muhammad SAW bersabda: Orang yang
berusaha untuk kebutuhan wanita janda dan miskin seperti seorang mujahid di
jalan Allah”, dan aku menyangka beliau bersabda: “Seperti orang yang bangun
malam tanpa merasa putus asa dan orang yang puasa yang tidak pernah
meninggalkannya”.[2]
Kedua:
Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya. Allah SWT berfirman:“Sesungguhnya
salat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Nisa’: 103)
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abdullah bin Mas’ud RA
berkata: Aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: Amal apakah yang paling
dicintai oleh Allah?. Beliau SAW bersabda:
Shalat tepat pada waktunya”.[3]
Ketiga:
Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat baik kepada orang lain dengan
memberikan meminjam harta walaupun kecil, seperti meminjamkan bejana, timba, buku, parang dan
yang lainnya sebab Allah mencela orang yang tidak berbuat demikian.
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Ibnu Amr bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda: Empatpuluh kebaikan, dan yang
paling tinggi adalah menghadiahkan seekor kambing betina. Tidaklah seseorang
mengerjakan salah satu dari bagian tersebut karena mengharap pahala dari Allah
dan percaya akan dijanjikan kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga”.[4]
Hasan
berkata: Maka kami kembali dan menghitung apa saja yang termasuk dalam
pemberian yang nilainya di bawah kambing betina, seperti menjawab salam,
mendo’akan orang yang bersin, menjauhkan gangguan dari jalan umum dan yang
lainnya, dan kami tidak mampu menyebut lima belas kebaikan.[5]
Keempat:
Anjuran untuk berbuat ikhlas dalam beramal dan waspada terhadap riya dan
sum’ah, sebagaimana firman Allah tentang sifat orang-orang yang beriman:
Dan
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan. (9)Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS.
Al-Insan: 8-9)
Diriwyatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits riwayat Jundub RA bahwa Nabi Muhammad
SAW bersabda: Barangsiapa yang
memperdengarkan amal baiknya maka Allah akan memperdengarkannya dan barangsiapa
yang memperlihatkan
amal baiknya maka Allah akan memperlihatkan amal baiknya di hadapan orang
lain”.[6]
Maknanya
adalah barangsiapa yang senang memperdengarkan amal baiknya maka Allah akan
menyingkapnya dan menjelaskan serta mambuka kedoknya di hadapan masyarakat
bahwa orang tersebut tidak ikhlas dalam berbuat namun dia ingin memperdengarkan
kebaikannya agar manusia memujinya atas ibadah yang telah dikerjakannya begitu
pula dengan orang yang memperlihatkan amal baiknya maka Allah pun akan
memperlihatkan amal tersebut di hadapan orang lain dan menyingkap kedoknya baik
cepat atau lambat.
Dalam
surat Al-Maun, “taukah kalian? Siapa yang mendustakan agama?” yaitu orang-orang
yang tidak menyantuni anak yaitu dan memberi makan fakir miskin, yang tidak
pernah peduli dengan kehidupan orang lain. Maka celakalah orang-orang yang
sholat, karena sholatnya semata-mata untuk kepentingannya sendiri, tetapi ia
belum mengerti makna sholat sesungguhnya bagi kehidupan sosial.
Berkenaan
dengan organisasi Muhammadiyah, asal mula lahirnya Muhammadiyah adalah dengan
pengamalan teologi Al-Maun. KH. Ahmad Dahlan mengubahan kekufuran masyarakat
yang masih kental dengan takhayul, bid’ah dan kurafat pada saat itu dengan
menyantuni mereka (kaum miskin dan yatim), memberikan mereka kebutuhan pokok,
memberikan pendidikan bagi anak-anak. Inilah yang menjadi landasan gerakan
Muhammadiyah hingga saat ini, organisasinya tetap berdiri kokoh dengan
beribu-ribu lembaga Amal Usahanya yang tentu tujuannya untuk mensejahteraan
masyarakat.
Muhammadiyah
meyakini konsep Al-Maun yaitu bahwa agama itu tidak boleh hanya menjadi pikiran
kenikmatan kita sendiri. Agama tidak boleh hanya kita nikmati sendiri, tetapi
agama itu harus hadir ditengah masyarakat, membantu mereka, menyantuni,
berbagi, bersedekah dan beramal kepada fakir miskin dan anak yatim, itulah
sesungguhnya agama. Aktivitas inilah yang kemudian dikristalkan oleh
Muhammadiyah sebagai landasan pergerakan Muhammadiyah yang disebut dengan
Teologi Al-Maun.
Apa
Teologi Al-Maun itu? Yaitu konsep pemikiran bahwa agama itu harus punya dampak
sosial terhadap masyarakat. Karena jika agama hanya ada dimasjid, sholat, haji,
itu hanya untuk diri sendiri. Padahal bukan itu sesungguhnya agama. Agama harus
memberikan dampak positif bagi masyarakat, agama harus hadir di tengah
persoalan masyarakat, agama harus mendorong manusia untuk beramal. Missal,
kenapa kamu beramal? Karena ini adalah perintah agama. Kenapa kamu memberikan
bantuan pada anak yatim? Karena perintah agama, kenapa kamu terlibat digerkan
sosial? Karena itu adalah wujud keimanan saya skepada Allah SWT. Demikianlah
yang dimaksud teologi. Bukan lagi filsafat yang berkutat pada pikiran, namun
teologi yang telah menuju pada tindakan.
Sebagai
anak dari organisasi Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tentunya
memiliki panutan landasan pergerakannya. Disadari atau tidak pergerakan IMM
akhir-akhir ini mulai kehilangan arah, khususnya IMM Kotim, karena terlalu
kental dengan kajian ilmu kalam, dan lain-lain. Hal ini pula lah yang
mengakibatkan krisis kader ikatan, karena teman-teman sudah mulai bosan dengan
diskusi, kajian, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu adanya langkah konkrit
yang dilakukan dalam pergerakan IMM sebagai gerakan Keagamaan, Kemasyarakatan
dan Kemahasiswaan.
Pada
saat sekarang ini IMM mulai krisis identitas di Muhammadiyah, gara-gara ada
wacana Khilafah Islamiyah, Laskar Jihad,,dll. Sehingga indentitas Muhammadiyah
menjadi pudar di kader muda Muhammadiyah. Yang pada intinya tujuan Muhammadiyah
adalah mewujudkan, menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga
terwujudnya tatanan masyarakat yang adil, makmur, dan diridhoi Allah.
Maka
selayaknyalah bagi IMM untuk kembali pada pengamalan konsep Al-Maun. Selain itu
berkaca dari negara Indonesia. Saat
ini, negeri kita belum bisa terbebas dari jeratan kemiskinan. Maka membumikan konsep
al-Ma’un, yaitu mencurahkan perhatian pada anak-anak yatim dan orang-orang
miskin dan membantu mereka, adalah sebuah keniscayaan. Ini penting bagi kita,
bukan hanya agar kita tidak menjadi kaum pendusta agama, tapi juga sebagai
langkah awal untuk mengakhiri penderitaan mereka yang tidur dalam keadaan perut
lapar, kedinginan di bawah kolong-kolong jembatan, dan anak-anak balita yang
busung lapar. “Hidup ini singkah, pergunakanlah tidak hanya untuk kepentingan
diri sendiri, namun juga untuk kepentingan orang banyak, Allah beserta
orang-orang yang peduli.
Billahi
Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Langganan:
Postingan (Atom)
Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)
Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...
-
Ada yang mengalami, ketika sedang berdiskusi atau sekedar berbincang di lingkungan akademik, kita sering mati bahasa karena gagal paham...
-
Bidang Kader PC IMM Kotim pernah menyelenggarakan debat internal untuk membahas Program KB dengan tema “Program KB, Solusi ata...
-
Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...