Kalimantan
Tengah sebagai provinsi yang masuk dalam enam besar penyebaran narkoba
tertinggi secara Nasional. Memang
keadaannya lebih baik dari Kalimantan Timur yang berada dalam posisi empat di
atasnya, namun tentu ini bukan semacam prestasi yang patut dibanggakan. Memang
sebuah ironi, melihat kenyataan yang memilukan ini.
Menurut
data yang dilansir oleh beberapa situs berita online, banyak sekali menyebutkan
bahwa Kalimantan tengah kini darurat narkoba. Penyebarannya sungguh tak mampu
dibendung bagai waduk yang
ambruk. Beberapa daerah dengan tingkat penyebaran tertinggi di Kalimantan Tengah , yaitu Kota
Palangka Raya, Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur haruslah menjadi perhatian
khusus. Penyebaran obat-obatan terlarang
ini telah merambah ke berbagai kalangan baik dewasa, remaja hingga anak-anak
yang masih dalam masa peralihan remaja awal. Polda Kalimantan Tengah untuk
akhir tahun 2016 menyatakan bahwa kasus narkoba meningkat hingga 57% dari tahun
sebelumnya (http://tribratanews.polri.go.id/?p=14940)
dan sebagian besar korbannya adalah pemuda.
Sudah
menjadi rahasia umum, pemuda merupakan aset bangsa. Meminjam istilah ilmu
mawaris, pemuda merupakan ahli waris
utama bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri, sejarah yang menyisakan kisah,
menyebutkan sebagian besar peristiwa sejarah tak lain pemudalah aktornya.
Keadaan
pemuda yang terombang-ambing bagai buih di lautan, banyak, namun rentan akan guncangan,
demikianlah pemuda sekarang dapat
digambarkan. Virus narkoba menjadi
ancaman yang dapat memutus rantai kepemimpinan selanjutnya. Lantas, IMM harus
apa? Sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang eksis dan konsist dalam
pergerakannya, tentu Kalimantan Tengah punya harapan pada IMM untuk turut andil
menuntaskan fenomena ganjil ini. Harus diakui nuansa pemuda atau bahkan
masyarakat kita yang rentan sekali tergerus pengaruh-pengaruh sekuler, sedikit saja ada hal yang sedang trend maka begitu cepatnya menjadi viral
oleh pemuda Kalimantan Tengah.
Peredaran
narkoba memang tidak sekedar tanggung jawab aparatur negara dan pemerintah.
Patut kita apresiasi gerakan Satuan
Binmas kepolisian pun telah gencar menyuarakan Kalteng anti narkoba, mulai dari
melakukan penyuluhan di setiap sekolah sampai memampangkan wajah bandar narkoba
di jalan-jalan umum. Lantas apa yang kurang dari gerakan pemberantasan ini? Rasanya penyalahgunaan narkoba ini
bukan lain tentang sifat yang biasa dijadikan kambing hitam yaitu ‘rasa ingin
tau’, tapi lebih dari itu, narkoba sudah menyentuh hingga kepada masyarakat
sosial terendah yang apabila dibiarkan akan menjelma menjadi tradisi.
Jika ada
pepatah mengatakan kejahatan terjadi karena ada kesempatan adalah benar adanya.
Namun istilah lain yang lebih tepat ialah kejahatan hadir karena diamnya orang-orang baik. Kita mungkin sering
melihat orang lain membeli, menggunakan jenis-jenis obatan terlarang tapi bayak
diantara kita diam dan kurang peduli. Kita tau bahwa kompleks A misalnya,
adalah markas penggunaan narkoba, tapi kita seringkali diam. Fenomena ini
merupakan ladang pergerakan IMM, sebagaimana arah gerakan ini dalam trilogi
Ikatan; keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Sebagaimana pesan surat
Ali-Imran ayat 104, bahwa diserukan kepada untuk membentuk sebuah
persyarikatan, organisasi, dan atau ikatan untuk menumpas kebathilan. Singkatnya, bahwa kejahatan yang terorganisir
harus dilawan dengan kebaikan yang terorganisir jua.
Peredaran
narkoba yang seperti bola salju ini jangan dikira terjadi secara tidak sengaja
dan tidak ada yang mengendalikan. Jika kita tengok kembali kesaksian Fredi Budiman
dan antek-anteknya, manajemen penyebaran narkoba ini sungguh sangat sistematis
dan terorganisir. Kita telah diserang, dijajah, dilumpuhkan, bukan lagi dengan meriam, tempur dan angkat senjata.
Kita memasuki imperialisme intra modern,
dimana pemuda kita dibuai, dilenakan dengan fashion, kemajuan teknologi, dan dicandu narkoba, kita dijauhkan dari kesadaran beragama. Sungguh sangat terorganisir bukan?. Lalu
bagaimana peran kader Ikatan?, kita punya kekuatan, organisasi adalah senjata yang cukup efektif
untuk menumpas ketidakberadaban sekarang ini. Ikatan harus membangun dan melaksanakan
kebaikan-kebaikan yang terorganisir. Pemuda Kalteng menunggu kita, lihat sudah
berapa banyak pemuda yang menjadi bagian dari IMM, mereka atau kita semua tentu
tidak semua berasal dari keluarga yang taat beragama. Ketika menjadi bagian
dari IMM, kebanyakan dari kita tertolong, tersibukkan dengan aktivitas positif,
sampai lupa melakukan kegiatan tak berfaedah.
Inilah
kebaikan yang terorganisir, menjaga kader dan memprogramkan kegiatan yang
menyentuh pada peningkatan prestasi pemuda Kalteng, membangun nuansa postif dan
intelek dalam tubuh IMM.
Jika diam adalah emas, maka
bertindak adalah berlian.
FASTABIQUL KHOIROOT
IMMawati
Ayu Oktarizza
Ketum
Umum PC IMM Kotim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar