Minggu, 19 Maret 2017

Kalteng Darurat Narkoba, IMM Harus Apa?



Kalimantan Tengah sebagai provinsi yang masuk dalam enam besar penyebaran narkoba tertinggi secara Nasional.  Memang keadaannya lebih baik dari Kalimantan Timur yang berada dalam posisi empat di atasnya, namun tentu ini bukan semacam prestasi yang patut dibanggakan. Memang sebuah ironi, melihat kenyataan yang memilukan ini.

Menurut data yang dilansir oleh beberapa situs berita online, banyak sekali menyebutkan bahwa Kalimantan tengah kini darurat narkoba. Penyebarannya sungguh tak mampu dibendung bagai waduk yang ambruk. Beberapa daerah dengan tingkat penyebaran tertinggi di Kalimantan Tengah , yaitu Kota Palangka Raya, Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur haruslah menjadi perhatian khusus. Penyebaran obat-obatan terlarang ini telah merambah ke berbagai kalangan baik dewasa, remaja hingga anak-anak yang masih dalam masa peralihan remaja awal. Polda Kalimantan Tengah untuk akhir tahun 2016 menyatakan bahwa kasus narkoba meningkat hingga 57% dari tahun sebelumnya (http://tribratanews.polri.go.id/?p=14940) dan sebagian besar korbannya adalah pemuda.

Sudah menjadi rahasia umum, pemuda merupakan aset bangsa. Meminjam istilah ilmu mawaris,  pemuda merupakan ahli waris utama bangsa ini. Tidak dapat dipungkiri, sejarah yang menyisakan kisah, menyebutkan sebagian besar peristiwa sejarah tak lain pemudalah aktornya.

Keadaan pemuda yang terombang-ambing bagai buih di lautan, banyak, namun rentan akan guncangan, demikianlah pemuda sekarang dapat digambarkan.  Virus narkoba menjadi ancaman yang dapat memutus rantai kepemimpinan selanjutnya. Lantas, IMM harus apa? Sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang eksis dan konsist dalam pergerakannya, tentu Kalimantan Tengah punya harapan pada IMM untuk turut andil menuntaskan fenomena ganjil ini. Harus diakui nuansa pemuda atau bahkan masyarakat kita yang rentan sekali tergerus pengaruh-pengaruh sekuler, sedikit saja ada hal yang sedang trend maka begitu cepatnya menjadi viral oleh pemuda Kalimantan Tengah.

Peredaran narkoba memang tidak sekedar tanggung jawab aparatur negara dan pemerintah. Patut kita apresiasi gerakan Satuan Binmas kepolisian pun telah gencar menyuarakan Kalteng anti narkoba, mulai dari melakukan penyuluhan di setiap sekolah sampai memampangkan wajah bandar narkoba di jalan-jalan umum. Lantas apa yang kurang dari gerakan pemberantasan ini? Rasanya penyalahgunaan narkoba ini bukan lain tentang sifat yang biasa dijadikan kambing hitam yaitu ‘rasa ingin tau’, tapi lebih dari itu, narkoba sudah menyentuh hingga kepada masyarakat sosial terendah yang apabila dibiarkan akan menjelma menjadi tradisi.

Jika ada pepatah mengatakan kejahatan terjadi karena ada kesempatan adalah benar adanya. Namun istilah lain yang lebih tepat ialah kejahatan hadir karena  diamnya orang-orang baik. Kita mungkin sering melihat orang lain membeli, menggunakan jenis-jenis obatan terlarang tapi bayak diantara kita diam dan kurang peduli. Kita tau bahwa kompleks A misalnya, adalah markas penggunaan narkoba, tapi kita seringkali diam. Fenomena ini merupakan ladang pergerakan IMM, sebagaimana arah gerakan ini dalam trilogi Ikatan; keagamaan, kemahasiswaan,  dan kemasyarakatan. Sebagaimana pesan surat Ali-Imran ayat 104, bahwa diserukan kepada untuk membentuk sebuah persyarikatan, organisasi, dan atau ikatan untuk menumpas kebathilan.  Singkatnya, bahwa kejahatan yang terorganisir harus dilawan dengan kebaikan yang terorganisir jua.

Peredaran narkoba yang seperti bola salju ini jangan dikira terjadi secara tidak sengaja dan tidak ada yang mengendalikan. Jika kita tengok kembali kesaksian Fredi Budiman dan antek-anteknya, manajemen penyebaran narkoba ini sungguh sangat sistematis dan terorganisir. Kita telah diserang, dijajah, dilumpuhkan,  bukan lagi dengan meriam, tempur dan angkat senjata. Kita memasuki imperialisme intra modern,  dimana pemuda kita dibuai, dilenakan dengan fashion, kemajuan teknologi, dan dicandu narkoba,  kita dijauhkan dari kesadaran beragama.  Sungguh sangat terorganisir bukan?. Lalu bagaimana peran kader Ikatan?, kita punya kekuatan,  organisasi adalah senjata yang cukup efektif untuk menumpas ketidakberadaban sekarang ini. Ikatan harus membangun dan melaksanakan kebaikan-kebaikan yang terorganisir. Pemuda Kalteng menunggu kita, lihat sudah berapa banyak pemuda yang menjadi bagian dari IMM, mereka atau kita semua tentu tidak semua berasal dari keluarga yang taat beragama. Ketika menjadi bagian dari IMM, kebanyakan dari kita tertolong, tersibukkan dengan aktivitas positif, sampai lupa melakukan kegiatan tak berfaedah.

Inilah kebaikan yang terorganisir, menjaga kader dan memprogramkan kegiatan yang menyentuh pada peningkatan prestasi pemuda Kalteng, membangun nuansa postif dan intelek dalam tubuh IMM.
Jika diam adalah emas, maka bertindak adalah berlian.
FASTABIQUL KHOIROOT
IMMawati Ayu Oktarizza

Ketum Umum PC IMM Kotim


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bahasa Sampit dan Kaum Milenial (dalam buku Kata Milenial tentang Bahasa Sampit)

Menjadi salah satu anak muda yang lahir dengan menyandang predikat generasi milenial, memang sangat beruntung. Kemampuan multitasking yan...